Floresa.co – Selain menawarkan kemegahan, Rumah Sakit (RS) Siloam di Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar) yang diresmikan akhir tahun lalu, juga menampilkan janji-janji pelayanan berkualitas.
Di samping melihatnya sebagai sebuah kabar baik, namun itu juga mesti ditatap sebagai sebuah kesempatan untuk berkaca diri bagi pemerintah di Manggarai terkait pelayanan kesehatan.
Berbeda dari RS Siloam yang berjanji mendewakan para pasien, sepanjang tahun 2015 kita kenyang dengan kisah piluh yang menimpa para pasien akibat buruknya pelayanan kesehatan.
Dan, semua itu, terjadi di seluruh wilayah Manggarai Raya, di kabupaten induk Mangggarai, juga di dua kabupaten hasil pemekaran, Manggarai Barat (Mabar) dan Manggarai Timur (Matim).
Mari kita mulai dari Manggarai. Kisah Enik Nangge (44 tahun) asal Wae Lengga, Kecamatan Kota Komba, Matim menyentakkan banyak orang pada bulan Februari 2015.
Setelah menjalankan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ben Mboi, Ruteng, milik Pemda Manggarai, dokter angkat tangan dan menyarankan ia untuk dirawat di Bali.
Kesalahan diagnosis oleh tenaga medis waktu itu dilimpahkan pada kualitas peralatan.
Mirisnya, meski operasi gagal, namun beban biaya tetap dilimpahkan kepada pasien.