Acara ini menjadi starting point bagi IKEMAS untuk mengingat kembali Kuni agu Kalo yang berlahan hilang dari hati para orang muda Manggarai.
Masih banyak orang Manggarai yang belum paham dan lupa akan asal-usul mereka.
“Jangan marah jika acara ini masih menyajikan beberapa kekurangan, karena ini adalah starting point kita yang diharapkan menjadi tantangan tersendiri bagi kamu orang muda Manggarai ke depan,” kata Kristophorus Kleden, ketua IKEMAS.
Pemaknaan akan “Kuni agu Kalo” memang sangat luas dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat memahaminya secara utuh.
Kekurangan sumber sejarah membuat Manggarai merasa kesulitan untuk mengetahui sejarah asal-usulnya.
“Kelemahan kita dalam memahami budaya Manggarai adalah kurangnya sumber sejarah tertulis dari nenek moyang, yang kemudian membuat kita hanya bisa mendengar sumber-sumber lisan nenek moyang kita,” jelas Priskardus H. Candra, Dosen Mata Kuliah Umum Universitas Widya Mandala dalam sesi pembuka kegiatan.
Sementara itu, Prof. Aloysius menjelaskan sejarah asal usul orang Manggarai dan menyerukan untuk tetap berbangga menjadi orang Manggarai.
“Ini menjadi sangat luar biasa karena bertepatan dengan Hari Valentine, leso momang tau. Momang tau dalam konteks Gereja itu bukan momang tau antara reba agu molas, tetapi momang tau dengan seluruh ciptaan Tuhan lainnya termasuk hewan dan tumbuhan”.
“Jangan malu menjadi orang Manggarai lantaran karena kondisinya yang masih kampung, masyarakatnya masih banyak yang miskin,” katanya.
“Berbanggalah menjadi orang Manggarai karena anda terlahir di tanah yang berbudaya dan memiliki keluarga seperti mereka-mereka yang berkumpul di sini malam ini.”
Manggarai adalah salah satu daerah dengan aset budaya dan wisata yang sangat luar biasa. Hal ini menggugah hati para undangan untuk menanyakan kelanjutan dari acara temu keluarga Manggarai ini.
Berbagai usulan dan masukan pun datang dari berbagai sumber sesuai dengan hal-hal yang berpotensial untuk dilakukan di Surabaya ke depan.
“Ini tantangan untuk kalian orang muda Manggarai ke depan. Saya menantang dan secara resmi meminta dukungan dari Bu Wali Kota untuk memberi kami kesempatan mementaskan adat dan budaya kami untuk masyarakat Surabaya. Terutama pada hari peringatan Sumpah Pemuda mendatang” Tegas Kristophorus Kleden, disela-sela acara pemberian cendera mata kepada narasumber.
Respon positif banyak bermunculan dari kalangan orang muda Manggarai yang berdiaspora di berbagai organisasi.
Salah satunya adalah PMKRI Cabang Surabaya. “Kami, sebagai salah satu putra Manggarai yang sudah lama berdispora di organisasi PMKRI sangat mengapresiasi kegiatan IKEMAS ini. Setidaknya acara ini mampu merangkul seluruh keluarga besar Manggarai untuk berdiskusi tentang masalah dan solusi untuk daerah kita kedepan” kata Ketua Presidium PKMRI Cabang Surabaya Yeremias Mahur ketika diwawancarai penulis usai kegiatan.
“Tetapi yang menjadi persoalan adalah esensi dari acara ini, apakah hanya untuk ceremonial samata atau memang benar-benar memulai terobosan baru seperti yang telah saya sebutkan tadi?” jelas Ketua Presidium PKMRI Cabang Surabaya Yeremias Mahur. (Laporan Andi Andur/ARL/Floresa)