Floresa.co- Sebulan usai jatuh tempo, proyek rehabilitasi di tiga jalur irigasi Manggarai Barat belum juga tuntas.
Molornya rehabilitasi mendorong petani membuka saluran irigasi dan mulai membajak sawah.
Rehabilitasi berlangsung di daerah irigasi induk Wae Kanta dan sub-daerah irigasinya, Wae Sesap di Kecamatan Lembor, serta daerah irigasi induk Wae Cewo di Kecamatan Lembor Selatan.
Rehabilitasi di Wae Sesap mulai dikerjakan Juli, yang ditargetkan selesai selambat-lambatnya November 2023.
Rehabilitasi Wae Kanta dan Wae Cewo bertenggat waktu 29 Desember 2023, sesudah mulai dikerjakan pada Mei 2023.
Proyek itu belum juga selesai hingga menjelang Januari 2024, membuat petani telah kehilangan dua musim tanam, yang lazimnya bermula pada April-Mei dan November-Desember.
Bertahun-tahun lahan JS, petani asal Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, dialiri air dari sub-daerah irigasi Wae Sesap.
Di lahan seluas kira-kira satu hektar itu, ia menanam padi yang terakhir panen pada Maret 2023. Setelah itu lahannya menganggur, seiring rehabilitasi irigasi.
Pada panenan Maret itu ia mendapat 40 karung padi bergabah, beratnya kira-kira empat ton. Ketika digiling, hasilnya kira-kira dua ton beras.
JS tak menjual seluruh panenannya, sebagian ia simpan untuk konsumsi keluarga.
Mereka kehabisan stok beras pada September 2023.
Semenjak itu “kami beli beras, sudah,” katanya.
Akibat rehabilitasi itu pula, “beberapa kerabat memilih merantau ke Kalimantan.”
Padahal, katanya, “mereka punya lahan sekitar 2,5 hektare.”
Lain Rapat, Lain Surat
Menurut JS, proyek memang mulai dikerjakan pada April, tetapi “ternyata sebatas pengangkutan material.” Pengiriman material berlangsung hingga Juni.
Pembangunan strukturnya baru bermula sebulan kemudian. Sementara hingga Agustus, air masih terus mengalir ke persawahan dengan sistem buka-tutup.
Mendapati saluran irigasi masih dibuka, sejumlah petani yang irigasinya bersumber dari Wae Sesap lalu mulai menyemai bibit padi.
Beberapa lainnya mendatangi rumah JS, mempertanyakan air yang masih mengalir ke persawahan.
JS dan warga lalu menemui sekretaris kecamatan guna menanyakan kejelasan kesepakatan saat sosialisasi.
Sekretaris camat, katanya, tak menampik kesepakatan soal penutupan total jalur irigasi pada April 2023.
Namun, “kami keliru mencantumkan dalam surat kesepakatan,” kata JS menirukan sekretaris kecamatan.
Dalam surat kesepakatan, kantor kecamatan menyatakan “akan diberlakukan sistem buka-tutup” alih-alih penutupan total di Wae Sesap.
Saluran irigasi akhirnya ditutup total pada September 2023, menyebabkan petani yang telanjur menyemai bibit merasa usaha mereka sia-sia.
Molor dan Diperpanjang Waktunya
Disitir dari Florespos.net, Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Manggarai Barat, Ahmad Rudi menyatakan proyek perbaikan jaringan irigasi di Lembor seluas 3.085,20 hektare, sedangkan di Lembor Selatan hingga 1.461,50 hektare.
Pemerintah menunjuk Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II yang berbasis di Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur sebagai penyelenggara proyek.
Wilayah kerja balai ini mencakup Wilayah Sungai Flores di Pulau Flores, Wilayah Sungai Benanain dan Wilayah Sungai Noelmina di Pulau Timor.
Merespons keterlambatan rehabilitasi irigasi di pelbagai wilayah Manggarai, Satuan Kerja Perluasan Jaringan Pemanfaatan Air Nusa Tenggara II menerbitkan surat perpanjangan pengerjaan hingga 90 hari.
Perpanjangan termasuk pengerjaan rehabilitasi irigasi di Wae Kanta, Wae Sesap dan Wae Cewo.
Aliran air yang bersumber dari sub-daerah irigasi Wae Sesap mulai ditutup total semenjak penerbitan perpanjangan waktu pengerjaan tersebut.
Bikin Kecewa di Mana-Mana
Proyek rehabilitasi irigasi di Lembor dan Lembor Selatan itu dikerjakan PT. Ananta Raya Perkasa, kontraktor berbasis di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Menurut data yang diakses Floresa pada 27 Januari dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik [LPSE] Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang , pagu anggaran proyek itu sebesar Rp28.500.000.000 dengan nilai kontrak Rp18.187.579.295,58.
Floresa berusaha menelusuri rekam jejak PT. Ananta Raya Perkasa, yang beralamat di Jl. Sungai Saddang Komp. Latanete Plaza A/1 Kota Makassar melalui pencarian daring.
Laporan Beritakotamakassar.com pada 20 Mei 2021 menyebutkan Ady Ansar, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan pernah mengaku kecewa dengan kinerja PT Ananta Raya Perkasa saat mengerjakan proyek peningkatan infrastruktur irigasi di Desa Leworeng, Kecamatan Donri Donri, Kabupaten Soppeng.
Ia menilai pengerjaan proyek itu “asal-asalan” karena sudah mulai rusak meski belum dimanfaatkan petani.
Menurut data yang diakses Floresa pada 27 Janauri dari LPSE Kabupaten Soppeng, pagu anggaran proyek itu sebesar Rp21.814.989.600 dengan nilai kontrak Rp17.400.000.000.
Dana proyek ini bersumber dari pinjaman luar negeri melalui program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program [IPDMIP].
IPDMIP merupakan program pemerintah di bidang irigasi yang bertujuan mencapai keberlanjutan sistem irigasi, baik sistem irigasi kewenangan pusat, kewenangan provinsi maupun kewenangan kabupaten.
Menurut laporan itu, pemasok material yang merupakan warga setempat belum mendapat kepastian terkait pembayaran meski “pengerjaan telah tuntas dan hanya tinggal pemeliharaan saja.”
Atas dasar itu, seorang pemasok material berencana membawa masalah ini ke jalur hukum.
Menurut laporan Enewsindonesia.com, penanggung jawab proyek itu adalah Andi Sudirman yang dikenal sebagai Karaeng Koding.
Tersandung Suap, Abaikan Pengerjaan Tanggul
Perunutan lanjutan Floresa terhadap rekam jejak PT Ananta Raya Perkasa sepanjang tahun silam menghasilkan setidaknya dua hasil pemberitaan tentang perusahaan asal Makassar itu.
Pada 29 Oktober 2023, Beritakotamakassar.com melaporkan mantan Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Sulawesi Selatan, Edy Rahmat menjalani sidang pertama dugaan suap terhadap auditor Badan Pemeriksa Keuangan.
Kasus tersebut menyeret 12 pengusaha. Seorang di antaranya adalah kontraktor proyek irigasi bernama Andi Sudirman, yang lewat PT Ananta Raya Perkasa menyetor uang sebesar Rp150 juta kepada Edy sebagai “uang patungan” untuk menyuap auditor itu.
Floresa berusaha mencari tahu keterkaitan Andi dan PT Ananta Raya Perkasa.
Sejauh penelusuran secara daring, ia bukanlah direktur PT Ananta Raya Perkasa, yang dijabat oleh Sudaryanto Taufik.
Sebelumnya pada 4 Oktober 2023, Tarunanews.com menyebutkan proyek peningkatan tanggul penahan semburan lumpur PT Lapindo Brantas [Lapindo] diduga dikerjakan asal-asalan oleh PT. Ananta Raya Perkasa.
Laporan itu juga menyebutkan PT Ananta Raya Perkasa mengabaikan permintaan petugas Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo [PPLS] untuk menambah tiga unit mesin bore pile, jenis alat berat yang membantu pembuatan fondasi sekaligus memperkokoh struktur tanggul penahan semburan lumpur.
Permintaan itu disampaikan PPLS saat melakukan sidak pada 18 September 2023. Saat itu, PPLS menemukan PT Ananta Raya Perkasa baru menyediakan satu unit mesin bore pile.
Menurut data yang diakses Floresa dari LPSE Kabupaten Sidoarjo, pagu anggaran proyek itu sebesar Rp46.800.000.000 dengan nilai kontrak sebesar Rp35.816.758.306,86.
Pada Mei 2006, semburan lumpur panas Lapindo akibat keteledoran pengeboran menggenangi permukiman yang berjarak sekitar 150 meter. Semburan lumpur terus terjadi hingga 2010, memaksa setidaknya 25 ribu jiwa mengungsi.
Editor: Anastasia Ika