‘Ke Mana Pemerintah Mabar?’ Kata Warga Kuwus Soal Jalan yang Dibiarkan Rusak Bertahun-tahun

Wakil Ketua DPRD menilai pembangunan yang berpusat di Labuan Bajo membuat daerah-daerah lain di Mabar tidak diperhatikan

Floresa.co – Seorang sopir memilih berhenti di tengah jalan usai roda kendaraannya tergelincir.

Hujan yang baru turun memang membuat ruas jalan itu berlumpur. 

Ia pun turun dan mengeluarkan sekam padi dari dalam mobil, lalu menyiramnya di badan jalan.

Aktivitasnya terekam dalam sebuah unggahan di akun Facebook bernama Kaka Dedos pada 19 Maret.

Ia mengunggah empat buah foto kondisi jalan itu, disertai takarir singkat “hancur, aspal ba’o [sekam padi].”

Berdasarkan foto-foto itu, tampak ruas jalan itu berlumpur dengan batu konstruksinya sudah terlepas.

Pengendara mobil harus menyiram sekam padi agar roda bisa menggelinding tanpa tergelincir.

Unggahan Kaka Dedos dibagikan seorang warga berinisial HA di grup “Jurnal Mabar.” Mabar merupakan akronim dari Manggarai Barat.

Dalam unggahan itu, HA mengonfirmasi bahwa ruas jalan yang ada dalam foto itu berlokasi di Desa Golo Lewe, Kecamatan Kuwus Barat.

“Ke mana pemerintah Mabar?” tulis HA dalam takarir pelengkap foto. 

Ia juga mengirimkan kepada Floresa dua buah foto yang menampilkan dua sopir sedang memperbaiki susunan batu dan menyiram sekam padi agar mobil bisa melintas.

HA mengatakan jalan itu merupakan jalan kabupaten yang menghubungkan empat desa – Golo Lewe, Tengku, Ranggu, dan Golo Rewu.

Dua orang sopir sedang merapikan susunan batu dan menyiram sekam padi agar mobil mereka tetap bisa melintas di jalan yang rusak parah Desa Golo Lewe. (Dokumentasi warga)

Pembangunannya, kata dia, dilakukan pada 2016 dan mulai rusak parah sejak 2020.

“Jalan itu terakhir kali diperbaiki sekitar enam tahun lalu,” katanya.

Kerusakan yang kian parah sepanjang musim hujan membuat warga yang mayoritas pekebun kesulitan menjual kopi, cengkih, durian, alpukat, beras, sopi, dan gula aren ke Lembor, Kecamatan Lembor dan Labuan Bajo, ibu kota Manggarai Barat.

HA mengatakan demi menghemat biaya, warga akhirnya bekerja sama dengan pedagang dari kampung tetangga yang membeli hasil panen di kampung mereka.

Warga, katanya, hanya ke Labuan Bajo untuk berobat dan membeli beberapa kebutuhan sekunder dan tersier.”

Ia mengatakan, ongkos pergi-pulang dari Golo Lewe ke Labuan Bajo bila menggunakan mobil berkisar Rp200.000. 

Bila menggunakan ojek, katanya, pergi-pulang sekitar Rp400.000.

Merujuk peta Google, antara Kecamatan Kuwus Barat dan Labuan Bajo berjarak 83,7 kilometer dan dapat dapat ditempuh selama 2 jam 45 menit menggunakan mobil.

HA berkata lantaran kondisi jalannya rusak parah, perjalanan ke Labuan Bajo ditempuh dalam waktu tiga sampai lima jam menggunakan mobil.

Sementara itu, jika mengendarai motor, perjalanan ke Labuan Bajo memakan waktu dua sampai empat jam.

Ia mengatakan petani juga biasanya menjual hasil panennya ke pasar di Lembor setiap Kamis. 

Ongkos mobil pergi-pulang ke Lembor, berkisar Rp100.000, katanya.

“Berangkat dari kampung jam tiga pagi dan sampai di Lembor jam tujuh pagi,” katanya.

Kecamatan Kuwus Barat dan Kecamatan Lembor berjarak 31,3 kilometer, merujuk peta Google yang  dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 13 menit menggunakan mobil.

HA berkata kalau cuaca bagus mobil travel dan bis kayu – oto kol sebutan dalam bahasa setempat – bisa masuk ke kampung mereka.

Sementara, bila musim hujan “mobil travel tidak berani masuk.”

HA yang tidak lagi berdomisili di Golo Lewe, melainkan Labuan Bajo, sering melintas di jalan itu menggunakan sepeda motor “ketika pulang kampung.”

“Kadang, awal bulan dan pertengahan bulan, saya pulang kampung,” katanya.

Marsel Jeramun, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [DPRD] Manggarai Barat yang berbicara kepada Floresa pada 25 Maret mengatakan “pembangunan yang berpusat di Labuan Bajo membuat daerah-daerah lain tidak diperhatikan.”

Padahal, politikus Partai Amanat Nasional ini menekankan, Manggarai Barat terdiri dari 12 kecamatan dan 169 desa, “bukan hanya Labuan Bajo.”

“Mudah-mudahan kasus jalan di Golo Lewe ini membangun kesadaran kita bersama bahwa sangat penting kehadiran seorang pemimpin di suatu wilayah supaya memperhatikan kebutuhan dasar,” katanya.

“Jalan itu termasuk kebutuhan dasar,” tambah Marsel.

Ia merupakan anggota DPRD dari Daerah Pemilihan [Dapil] dua yang meliputi lima kecamatan, masing-masing Ndoso, Kuwus, Kuwus Barat, Pacar, dan Macang Pacar.

Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Manggarai Barat, Yosep Suhandi mengatakan “kita [akan] usulkan anggarannya.”

Ia tidak merespons pertanyaan “apakah selama ini Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat belum membuat anggaran untuk perbaikan maupun pembangunan jalan di Desa Golo Lewe.”

Editor: Petrus Dabu

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA