Di Hadapan Wakil Gubernur NTT, Penyintas Erupsi Lewotobi Laki-laki Keluhkan Krisis Logistik di Posko

Mereka kekurangan kebutuhan dasar, termasuk makanan yang kian menipis, sementara yang lainnya sudah memutuskan kembali ke kampung

Floresa.co – Robertus Rota Hage berterus terang kepada Wakil Gubernur NTT, Johanis Asadoma soal krisis logistik di posko tempatnya mengungsi sebagai penyintas erupsi Lewotobi Laki-Laki.

“Kalau bisa logistik ditambah lagi sesuai dengan arus masuk pengungsi,” katanya pada 15 Juli kepada Asadoma yang datang ke Posko Konga bersama Wakil Bupati Flores Timur, Ignas Boli Uran.

Robertus yang berasal dari Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura merupakan salah satu dari ribuan penyintas yang masih bertahan di posko sejak akhir tahun lalu.

Selain Posko Konga, ada tiga posko lainnya yang semuanya berlokasi di Kecamatan Titehena, yakni Posko Kobasoma, Bokang Wolomatang dan Lewolaga.

Beberapa waktu belakangan jumlah penghuni Posko Konga bertambah usai penyintas dari Posko Lewolaga pindah ke sana. 

Perpindahan itu terjadi karena anak-anak penyintas harus sekolah di Konga. Jarak antara dua posko itu sekitar 6,4 kilometer.

Robertus Rota Hage saat menyampaikan kekurangan logistik di posko kepada Johanis Asadoma. (Dokumentasi Floresa)

Johanis Asadoma merespons keluhan Robertus dengan meminta Kepala Desa Konga mendata kembali pengungsi.

“Bapak kepala desa, nanti tolong dihitung pengungsi di sini maupun di pinggir-pinggir jalan. Ini merupakan bagian dari keluarga kita yang harus pemerintah perhatikan,” katanya.

“Saya terima masukannya, dicatat oleh staf saya, nanti kita akan tindak lanjuti,” tambahnya.

Pantauan Floresa di dua posko yang dikunjungi Johanis Asadoma, termasuk Posko Bokang Wolomatang, ia menyerahkan makanan siap saji.

Asadoma juga berjanji “pemerintah provinsi akan menyumbang pakaian layak pakai.”

Ia mengaku akan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebelum mendistribusikannya.

“Nanti disterilkan lagi, dibersihkan dulu karena takut ada kuman, penyakit dan lain sebagainya,” katanya.

Wakil Gubernur NTT, Johanis Asadoma saat memberikan bantuan berupa makanan siap saji kepada anak-anak penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Posko Konga. (Dokumentasi Floresa)

Krisis Logistik

Para penyintas datang dari enam desa terdampak erupsi Lewotobi Laki-Laki, yakni Nawokote, Dulipali, Nobo, Klatanlo, Hokeng Jaya, dan Boru. 

Mereka telah mengungsi sejak November 2024, usai erupsi gunung berapi itu yang menewaskan sembilan orang.

Berdasarkan data BPBD Flores Timur yang diterima Floresa pada 14 Juli, terdapat total 4.051  pengungsi yang menyebar di empat posko, satu hunian sementara dan di rumah keluarga atau mengungsi mandiri.

Namun, menurut Kepala Desa Hokeng Jaya, Gabriel Bala Namang, data riil yang hanya tersisa sekitar 2.209 jiwa.

“Sementara sekitar 1.842 jiwa lainnya telah pulang dan tinggal kampung masing-masing,” katanya kepada Floresa pada 13 Juli.

Kepulangan mereka diduga karena krisis logistik di posko.

Sulaiman Patiradja, Pendamping Rehabilitasi Sosial dari Kementerian Sosial, mengklaim kebutuhan penyintas seperti minyak goreng, kopi, gula, teh dan pampers masih tersedia di gudang logistik BPBD Flores Timur. 

“Nanti disampaikan ke koordinator logistik, lalu diteruskan ke BPBD baru diantar,” katanya kepada Floresa.

“Hari ini kami mendistribusikan sayur, ikan dan bumbu dapur,” katanya pada 13 Juli.

Selain itu, katanya, pihaknya “sekaligus ambil tabung gas untuk isi ulang.”

“Semuanya dibeli oleh Kementerian Sosial,” katanya. 

Pendamping Rehabilitasi Sosial dari Kementerian Sosial, Sulaiman Patiradja (tengah) bersama dua anggotanya, Pucuk Dasilva (kanan) dan Welkot (kiri) saat mengantar bantuan di Posko Konga sekaligus mengambil tabung gas untuk isi ulang pada 13 Juli 2025.(Dokumentasi Floresa)

Kendati demikian, cerita tentang krisis logistik di posko muncul dari sejumlah penyintas yang diwawancarai Floresa.

Frans Yosep Doni Kelen, Ketua Kampung Siaga Bencana Posko Konga berkata, krisis itu telah berlangsung dalam beberapa waktu terakhir.

“(Krisis) mulai dari beras, telur ayam, mie instan, air minum, minyak goreng, sabun mandi, sabun cuci, kayu bakar serta pampers untuk balita dan lansia,” katanya.

Beras, katanya, hanya satu ton yang tersimpan di gudang logistik, sisa dari empat ton stok sepekan sebelumnya.

Ia berkata, air minum dalam kemasan kini dikhususkan untuk orang sakit, balita dan para lansia.

“Yang lain memanfaatkan air yang diantar oleh Palang Merah Indonesia dan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Desa Konga,” katanya.

Frans Yosep Doni Kelen, Ketua Kampung Siaga Bencana Posko Konga. (Dokumentasi Floresa)

Kekurangan logistik juga terjadi di Posko Bokang Wolomatang.

Elisabeth Tonu Kuma Uran, warga asal Desa Hokeng Jaya yang tingga di posko itu berkata, “yang tersisa di gudang logistik hanya masker, pampers balita dan beras sekitar 600 kilogram.” 

“Sabun mandi, sabun cuci, kopi, gula dan teh stoknya sudah habis,” katanya.

Ia mengklaim, “kebutuhan air bersih masih mencukupi, namun kayu bakar mulai kurang.”

Berbicara kepada Floresa pada 13 Juli, Sesilia Kumang Tobi, penyintas di Posko Kobasoma mengaku beras masih tersisa satu ton, yang mencukupi untuk 309 jiwa selama kurang lebih sembilan hari.

Namun, “bawang merah dan putih, kopi, gula, teh, sabun mandi dan cuci, pasta gigi serta kayu bakar sudah habis,” demikian juga pampers untuk lansia dan balita.

Sementara di Posko Lewolaga, Fransiskus Kaha, Ketua Kelompok Siaga Bencana Dulupali berkata, air bersih aman, karena memanfaatkan dua sumur bor.

Namun, kata dia, kekurangan di posko tersebut masih banyak. 

“Yang habis di sini bawang, minyak goreng, pasta gigi, sabun cuci dan mandi, kayu bakar, pampers balita dan lansia,” katanya. 

“Kalau beras masih mencukupi,” katanya.

Sementara terkait pakaian layak pakai, katanya, “kalau bisa diperhatikan untuk seragam sekolah, karena banyak yang sudah tidak layak pakai.”

Ibu-ibu penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Posko Bokang saat menerima bantuan dari Wakil Gubernur NTT, Johanis Asadoma. (Dokumentasi Floresa)

Fransiska Puka, warga Desa Dulipali berkata, semenjak pindah dari posko ke hunian sementara yang berlokasi di Desa Konga pada Januari, ia sempat mendapat bantuan dari lembaga amal Gereja Katolik Caritas Keuskupan Larantuka selama tiga bulan pertama.

“Caritas bantu kami minyak goreng, kopi, gula dan beras,” katanya kepada Floresa pada 13 Juli.

Sementara Dinas Sosial, memberikan bantuan beras dua kali. Bantuan pertama sembilan kilogram per kepala keluarga dan kedua lima kilogram.

Sementara air minum, kata dia, kini “terpaksa membeli air galon isi ulang, meskipun di tengah keterbatasan ekonomi.”

“Air dari sumur bor yang biasa digunakan telah berwarna kuning dan berlumut,” katanya.

Ia mengaku, beban, “karena hidup harus ditanggung pemerintah,” namun, “kalau bukan pemerintah, ke mana lagi?”

“Kami mau dapat uang dari mana? Lahan untuk mencari uang sudah rusak semua,” katanya.

“Paling bisa bertahan hanya kelapa dan beberapa tanaman lainnya, tapi karena terkontaminasi abu vulkanik, tidak produktif lagi.”

Sementara, Filomena Tobi, penyintas dari Desa Nawokote mengaku hanya menerima bantuan beras semenjak pindah dari Posko Konga ke hunian sementara pada April. 

“Kalau sayur, minyak, goreng, dan yang lain kami usaha sendiri, dengan hasil jual pisang yang masih tersisa di kebun,” katanya.

Karena kondisi ini, kata Filomena, mau tidak mau harus pulang kampung untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

“Saya dengan anak laki-laki kadang pulang. Bapaknya sudah meninggal,” katanya.

“Kami ke kampung ambil pisang untuk dijual, lalu beli sayur dan minyak goreng,” tambahnya.

Editor: Ryan Dagur

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA