Floresa.co – Selama triwulan ketiga tahun 2014 ini, kinerja perbankan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalamai perlambatan.
Hal ini terungkap dari laporan Perwakilan Bank Indonesia di NTT dalam Kajian Ekonomi Regional NTT yang dipublikasikan pada Rabu (26/11/2014).
Dalam laporan tersebut terungkap total aset bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beropeasi di NTT pada triwulan ketiga 2014 mencapai Rp 27,11 triliun atau tumbuh 22,94% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 22,05 triliun.
Pertumbuhan jumlah oustanding aset perbankan ini mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan kedua 2014.
Pada triwulan kedua 2014 lalu, jumlah aset perbankan di NTT mencapai Rp 26,31 trilun atau tumbuh 23,98% bila dibandingkan triwulan kedua 2013 lalu yang mencapai Rp 21,29 triliun.
Penyaluran kredit juga dilaporkan mengalami perlambatan. Total outstanding kredit perbankan yang disalurkan di NTT pada triwulan ketiga 2014 lalu mencapai Rp 16,53 triliun tumbuh 13,48% bila dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan penyaluran kredit triwulan ketiga 2014 ini melambat dibandingkan pertumbuhan jumlah outstanding kredit pada triwulan kedua 2014 lalu yang mencapai Rp 26,39 triliun atau tumbuh 15,04% bila dibandingkan triwulan kedua 2013.
Perlambatan pernyaluran kredit pada triwulan ketiga ini juga diikuti meingkatnya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) ke level 1,64% dari total kredit yang disalurkan. Pada triwulan kedua NPL masih berada di level 1,5%.
Dari laporan Bank Indoensia ini terungkap orang NTT makin bergairah menyimpan dananya di bank. Ini bisa terlihat dari pertumbuhan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank-bank yang beroperasi di NTT.
Total outstanding DPK pada triwulan ketiga 2014 mencapai Rp 19,09 triliun atau tumbuh sebesar 19,9% dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 15,92 triliun.
Pada triwulan kedua 2014 jumlah oustanding DPK mencapai Rp 18,79 triliun tumbuh 18,66% dibandingikan triwulan kedua 2013 yang mencapai Rp 15,35 triliun.
Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik. Ini tercermin dari rasio antara pinjaman dan deposito (Loan to Deposit Ratio, LDR) yang meningkat menjadi 86,59% dari sebelumnya 84,86%.
Namun, menurut BI, peningkatan LDR ini lebih disebabkan oleh kualitas penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih relatif rendah.
Hal ini bisa terlihat dari masih rendahnya jumlah DPK meskipun mengalami pertumbuhan yang postif pada triwulan ketiga 2014 lalu, sementara di sisi lain kinerja penyaluran kredit mengalami perlambatan.
Indikator lainnya, rasio kredit yang belum tersalurkan kepada masyarakat terhadap total kredit juga sedikit meningkat dari 4,45% menjadi 4,57% pada triulan ketiga 2014 dengan nominal Rp 754,94 miliar. (PTD/Floresa)