Floresa.co – Jumlah warga yang mengidap HIV/AIDS di Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan setiap tahun, umumnya warga yang baru kembali dari merantau di daerah lain.
Kepala Bidang Pelayanan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit di Dinas Kesehatan, Bonefasius Dar berkata pada 2021, pengidap sebanyak 23 orang, 7 diantaranya meninggal dunia dan tersisa 16 orang.
Pada 2022, katanya terjadi penambahan menjadi 21 orang, dengan jumlah korban yang meninggal dunia 8 orang dan tersisa 13 orang.
Penambahan terjadi lagi pada 2023 menjadi 21 orang, satu di antaranya meninggal dunia.
“Hingga akhir Januari 2024, jumlah pengidap tercatat ada 20 orang,” katanya pada 31 Januari.
Ia menjelaskan, hampir seluruh warga yang mengidap HIV/ AIDS memiliki riwayat pernah merantau ke luar daerah dan pulang ke Manggarai Timur dalam keadaan sudah terinfeksi.
Namun, kata dia, mereka tidak melapor kepada petugas kesehatan sehingga berpotensi menular ke anggota keluarga maupun warga lain.
“Setelah gejalanya sudah parah baru berobat ke Puskesmas dan ternyata setelah diperiksa mereka sudah terinfeksi lama,” katanya.
Ia menjelaskan, sejauh ini upaya mencegah penyebaran pernyakit ini dilakukan dinasnya dengan gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat, termasuk para pekerja di tempat hiburan malam.
“Untuk pekerja di klub malam, kita lakukan pemeriksaan setiap enam bulan,” katanya.
Ketika ada pekerja baru yang memasuki kabupaten itu, kata dia, “kita langsung lakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah dia aman atau tidak.”
Dinas, katanya, juga selalu menghimbau warga yang sudah terinfeksi untuk rutin melakukan pengobatan rutin untuk mendapat obat anti-retroviral (ARV).
Obat tersebut, kata dia, sudah disedikan di fasilitas kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
“Kita sudah siapkan satu Puskesmas dengan tenaga kesehatan yang sudah dilatih khusus untuk menangani penyakit ini,” katanya.
Ia merahasiakan nama Puskesmas itu demi menjaga kenyamanan pengidap dari kemungkinan mendapat stigma dari masyarakat.
“Harapannya semoga mereka rutin mengambil obat setiap bulan [di Puskemas tersebut],” kata Bonifasius.
Sebelumnya, kabupaten itu memiliki Komisi Penanggulangan HIV AIDS, yang secara khusus memberi perhatin pada masalah ini.
Namun komisi tersebut bubar pada tahun 2022, diduga karena keterbatasan anggaran.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur, Kristiani Agas mengatakan, “itu sudah teknis sekali, saya tidak paham.”
Apa itu HIV/AIDS?
Dikutip dari situs kesehatan Halodoc.com, HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan nama untuk virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Sementara AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir.
Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan melawan infeksi yang ditimbulkan.
Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap penyakit ini bisa memperlambat perkembangannya, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal.
Di Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak terjadi melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba.
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular.
Semua orang berisiko terinfeksi HIV. Namun, kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi adalah orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual; mereka yang sering membuat tato atau melakukan tindik; orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain; pengguna narkotika suntik dan orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.
Meskipun sampai saat ini belum ada pengobatan HIV yang bisa menyembuhkan total, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus, yang disebut ARV.
ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4.
Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.
Laporan kontributor, Gabrin Anggur
Editor: Ryan Dagur