Romo Ompi, Imam dengan Kharisma Penyembuhan

Ruteng, Floresa.co – Nama RD Ompi L Latu, seorang imam di Keuskupan Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) tak asing lagi di telinga kebanyakan orang di Manggarai Raya.

Romo Ompi, begitu ia disapa menjadi sosok yang selalu dicari saat orang mengalami kebuntuhan dalam menyembuhkan penyakit.

Kharisma imam lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere ini memang sudah lama dikenal umat, lebih lagi dengan sejumlah mukjizat penyembuhan yang dialami orang-orang sakit ketika mendatangi dirinya.

Jika anda bertandang ke penginapan Romo Ompi di kompleks Gereja Katedral lama di Ruteng, pasti anda akan menyaksikan tempat tidur pasien dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk proses  penyembuhan.

Romo Ompi memperkenalkan apa yang ia sebut sebagai penyembuhan luka batin, hal yang disebut-sebut sangat manjur dan menjadi pilihan pasien selama ini.

“Mengenali Tuhan dalam hidup orang-orang sakit merupakan kebiasaan saya saat menyembuhkan pasien,” ujar Romo Ompi saat berbincang dengan Floresa.co, di Ruteng, Rabu (25/2/2015).

Imam ini menganggap bahwa karismanya untuk menyembuhkan pasien datang dari Tuhan.

Kata dia, dirinya hanya sebagai alat untuk melanjutkan tugas Tuhan dalam hal penyembuhan.

“Penyembuhan Tuhan merupakan penyembuhan yang besar. Dan, siapapun yang melayani (pasien) harus membawa mereka kepada Tuhan,” kata Romo Ompi.

Menurutnya, sakit yang sangat besar yang dialami oleh umat manusia adalah gangguan psikologi.

“Jangan melihat sakit itu sebagai sebuah kutukan, tetapi hendaknya ketika kita jatuh sakit wajib menganggap itu sebagai sebuah karunia yang diberikan Tuhan,” ujarnya.

Sebab, menurut pengalaman Romo Ompi dalam menjalani penyembuhan batin selama ini, pasien dililiti dengan rasa takut yang mendalam.

Kata dia, selama ini ia juga sering dipanggil pihak rumah sakit untuk melakukan penyembuhan pasien-pasien, baik yang masih mampu ditangani dokter maupun yang sudah berpasrah pada kematian.

Sebagai pelayan gereja, Romo Ompi berharap agar siapapun yang jatuh sakit hendaknya jangan menghakimi sesama sebagai pemicu sakit tersebut, misalnya menganggap itu sebagai santet.

“Berhentilah menghakimi, maka karya kejahatan akan berhenti,” katanya.

Karena itu, Romo Ompi hampir setiap hari menjalankan misa penyembuhan luka batin di kapel adorasi dan Katedral lama Ruteng untuk mengingatkan dan memperkenalkan kuasa Tuhan dalam kehidupan umat.

Dalam Gereja Katolik, perihal kharisma, sebagaimana tampak dalam diri Romo Ompi, memang diakui, dan dianggap sebagai karunia khusus dari Allah.

Dalam Lumen Gentium (LG), salah satu dokumen yang dihasilkan Konsili Vatikan II, merumuskan bahwa “Kharisma-kharisma itu, entah yang amat mencolok, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas, sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja; maka hendaklah diterima dengan rasa syukur dan gembira.”

“Namun kurnia-kurnia yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak hasil yang pasti diharapkan dari padanya untuk karya kerasulan,” demikian dikutip dari LG artikel 12. (ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA