Ruteng, Floresa.co – Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Santo Paulus Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) meminta rekomendasi kepada bagian Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) VIII wilayah Bali, NTB, dan NTT untuk menjadi universitas.
Hal itu disampaikan Servatius Yohanes Boilon, Ketua STKIP St. Paulus Ruteng saat menyampaikan kata sambutan pada acara wisuda program sarjana pendidikan lembaga itu, Sabtu (23/5/2014).
Di hadapan Kordinator Kopertis VIII, I Nyoman Sucipto dan para wisudawan-wisudawati, Servatius berharap, Kopertis VIII dapat membantu pihaknya dalam memperjuangan STKIP Ruteng jadi universitas.
“Pada kesempatan yang berbahagia ini juga kami mau mengucapkan terima kasih kepada Kopertis VIII karena sudah membantu kami dalam urusan-urusan akademika. Pak kordinator Kopertis VIII, kami jujur saja, pemerintah ke tiga kabupaten ini (Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur) bersama STKIP sudah sekian lama memperjuangkan ini (menjadi universitas – red),” tutur Servatius.
Permintaan juga datang dari pemerintah setempat. Dalam sambutan yang mewakili pemerintah, Deno Kamelus, Wakil Bupati Manggarai meminta Kopertis VIII untuk mengindahkan sekaligus merekomendasikan usulan STKIP Ruteng jadi universitas.
“Kami berharap kepada kopertis VIII untuk membantu kami hal-hal konkret terhadap perjuangan STKIP jadi Universitas. Ada banyak hal sebenarnya yang mau kita diskusikan. Angka partisipasi perguruan tinggi di NTT masih 15 persen, yang lainnya tidak lanjut kuliah. Tapi saya kira kalau kampus ini jadi universitas akan mengurangi angka partisipasi angka tidak lanjut kuliah,” tutur Deno.
Menanggapi hal itu, I Nyoman Sucipto menyatakan, STKIP perlu mulai mempersiapkan persyaratan-persyaratan menjadi universitas.
Kebetulan, kata dia, hari ini sudah mulai moratorium universitas. Lebih lanjut, tuturnya, dalam mempersiapkan universitas, STKIP Ruteng harus memperhatikan kualitas kelembagaan.
” Misalnya; membuka program-program studi tidak batas sampai di S1 saja. Harus juga membuka program S2 bahkan S3 dengan memperhatikan kualifikasi pengajarnya,” tutur Sucipto.