Labuan Bajo, Floresa.co – Memaknai Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh setiap tanggal 20 Mei, Orang Muda Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur akan menggelar ‘Malam Apresiasi Seni’ edisi keempat yang akan diselenggarakan pada Kamis malam 20 Mei 2021.
Acara yang akan berlangsung di halaman SDN Lancang, Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo itu mengusung tema ‘Bangkit Selamatkan Hutan Bowosie’.
“Asbak kali ini, kami menyuguhkan acara-acara asyik bernuansa ekologis. Tema ini sendiri diangkat sebagai wujud kepedulian terhadap saudara kita, Alam Bumi Manggarai umumnya dan Hutan Bowosie khususnya,” kata Koordinator ASBAK 4, Sepi Gaut.
Hutan Bowosie sendiri ialah hutan terakhir di puncak kota Labuan Bajo. Hutan penyangga warga dan kotanya. Hutan yang membentang sepanjang enam kampung adat itu merupakan sumber untuk 16 mata air untuk kebutuhan warga kota Labuan Bajo dan sekitarnya, yang kini terancam oleh pembangunan pariwista.
“Seorang Manggarai harus sudah mencintai Bumi Manusia Manggarai ini sejak dalam pikiran apalagi perbuatan,” tutur Sepi.
BACA: Kebun dan Tanah Rumah Dicaplok Kehutanan dan BPO Labuan Bajo – Flores jadi Destinasi Wisata, Warga Adat Lapor ke Bupati dan DPRD
Berbagai ragam acara dipentaskan nanti. Dipersembahkan oleh beberapa komunitas orang Muda Labuan Bajo, yakni Komunitas Teater Siapa Kita Labuan Bajo, Komunitas Reba Molas Compang Lancang (RMCL) dan Sanggar Tari I-Production.
Lalu, Sanggar Sampang Alak– Nggorang, Komunitas Stand Up Comedy Labuan Bajo, Kominutas Teater SMAK Santa Familia Wae Nakeng – Lembor dan Rumah Kreasi Baku Peduli.
Ada juga persembahan music dari dari ‘Bunyi Waktu Luang Project’ dan Ancis Lehot & Friends.
“Kita nanti akan nonton ragam kreasi seni mulai dari teater budaya, musikalisasi puisi, nyanyi, monolog kecil, tarian, pantomim dan lain-lain,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Reba Molas Compang Lancang, Adi Wardana menyatakan kegiatan seni ini diselenggarapan sebagai bentuk keprihatinan terhadap pembangunan yang mengabaikan dan bahkan nampak akan mengorbankan masyarakat Lancang, Raba dan Wae Bo serta Labuan Bajo secara umum.
Menurutnya, masyarakat, terutama generasi muda muda merasa tidak diharagai oleh proses pembangunan yang ada.
Pasalnya, tanpa ada sosialisasi, tiba-tiba sebagian kampung dan kebun warga dicaplok untuk dijadikan destinasi wisata.
BACA: Hutan Bowosie dalam Ancaman Proyek Wisata
“Ada gangguang dari pihak lain terhadap masyarakat Lancang. Lahan masyarakat dicaplok tanpa sosialisasi. Kami juga menolak pencaplokan hutan yang menjadi sumber mata air dan sumber kehidupan masyarakat Lancang dan sekitarnya,” ujarnya.
Adi menegaskan, sebagai generasi masa depan kampung Lancang, mereka melakukan penolakan terhadap pembangunan itu melalui karya seni dan berharap solidaritas dari siapa pun agar manusia, kampung dan alam Lancang dapat terjaga.
“Besar harapan kami, melalui kegiatan seperti ini kita semua turut mengambil ruang apresiasi seni dan tergerak untuk menjaga alam dan budaya Manggarai – Gendang one, lingkon peang, natas bate labar, uma bate duat, compang dari,” kata Adi.
“Mari kita jaga bumi dan manusia dari tangan-tangan yang hendak merenggutnya,” tambahnya.
ARJ/Floresa