Floresa.co – Warga sebuah desa di Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat terpaksa menggotong seorang ibu yang hendak melahirkan karena mobil tidak bisa masuk ke kampung mereka, buntut jalan yang rusak parah.
Aksi warga pada 31 Mei itu dibagikan Egi Parera, warga Kampung Tadong, Desa Watu Umpu lewat Facebook.
Ia mengunggah tiga foto yang menampilkan sekelompok warga berjalan kaki sambil menggotong seorang ibu hamil di atas keranda bambu.
Foto-foto itu dilengkapi dengan takarir “belum merdeka.”
Ia juga mengirimkan enam video kepada Floresa yang menampilkan warga menyusuri jalan bebatuan sambil bergantian menggotong ibu itu.
Egi berkata, Petronela Nimut, ibu yang hendak melahirkan itu awalnya hanya akan digotong sampai ke Pustu yang berjarak sekitar tiga kilometer dari kampung mereka.
Mereka berangkat dari kampung pukul 09.00 Wita dan tiba di Pustu di Kampung Epanderu pukul 10.30.
Lantaran mengalami hipertensi, Petronela akhirnya dirujuk ke Puskesmas di Datak, Desa Golo Ronggot, yang berjarak tiga kilometer dari Epanderu.
“Setelah bidan [di Pustu] memasang infus, kami lanjut gotong sampai di ujung aspal di Kampung Kotok. Di situ baru bisa naik [mobil] pikap,” katanya.
Ia berkata warga terpaksa menggotong Petronela lantaran “tidak ada mobil yang bisa masuk ke sini.”
Jalan di kampungnya ditingkatkan menjadi telford pada 2009 lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri.
“Jalannya sudah rusak parah sehingga mobil hanya masuk ke kampung kalau musim kering. Kami biasanya pakai motor kalau ke Datak dengan ongkos pergi-pulang Rp100 ribu,” ungkapnya.
Akses Kendaraan Sulit, Gotong Jadi Pilihan
Cerita tentang perjuangan warga Kampung Tadong yang sulit mengakses fasilitas kesehatan mewakili banyak kisah dari wilayah lain di Manggarai Barat yang ibu kotanya dikenal sebagai kota pariwisata super premium.
Sebulan lalu, akun Facebook Yos Anggut mengunggah sebuah video sejumlah warga Kampung Kalo, Desa Tehong di Kecamatan Ndoso bergotong royong menandu seorang pasien menuju Puskesmas Waning.
Dalam video tersebut, terdengar kegelisahan dari perekam terhadap kondisi jalan di kampungnya yang rusak parah, sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.
“Tolong pemerintah perhatikan jalan dari Waning sampai di Kalo. Setengah mati jalan ini. Jalannya ekstrim,” kata perekam video itu.
Sementara itu, laporan Okebajo.com pada 19 Februari menyebutkan warga Kampung Cereng, Desa Golo Sengang di Kecamatan Sano Nggoang menggotong seorang pasien yang membutuhkan pertolongan medis di Puskesmas Werang menggunakan keranda bambu.
Mereka terpaksa berjalan kaki menyusuri jalan berlumpur sambil menggotong Dulwaha, pasien berumur 85 tahun, menuju Kampung Leheng.
Dari Leheng, Dulwaha menumpang mobil ambulans menuju Puskemas Werang di ibu kota kecamatan.
Sebulan sebelumnya, sejumlah warga Kampung Wae Racang, Desa Persiapan Nanga Lidu, Kecamatan Sano Nggoang terpaksa menggotong Siti Ijah, ibu berusia 50 tahun.
Siti menderita nyeri ulu hati, sesak napas dan perutnya membesar sejak sepekan sebelumnya.
Ia digotong sejauh tujuh kilometer dari Kampung Wae Racang sampai Kampung Naga, pusat pemerintahan Desa Matawae.
Zaenudin, seorang Staf Desa Matawae berkata, pada musim hujan, ambulans maupun angkutan umum sulit melintas masuk kampung Wae Racang karena jalannya rusak.
Editor: Ryan Dagur