BerandaGALERIAbrasi Kian Parah, Pesisir...

Abrasi Kian Parah, Pesisir Sikka Kian Terancam

Warga berjibaku mencari solusi di tengah abainya pemerintah

Floresa.co – Perubahan iklim membuat wilayah pesisir utara di Sikka yang pada tahun-tahun silam aman-aman saja, kini kian terancam. 

Naiknya permukaan laut memicu abrasi pada sejumlah wilayah pantai. Banjir rob pun jadi langganan dalam beberapa tahun terakhir.

Banjir rob pada Maret 2024 di Dusun Jedawair, Desa Geliting, Kecamatan Kewapante misalnya berdampak terhadap 70 keluarga. Bencana itu juga membuat rabat sepanjang 100 meter rusak, puluhan pohon kelapa tumbang dan terseret ombak ke halaman rumah warga serta satu kapal nelayan ikut terseret.

Kepala Desa Geliting, Makarius Oskar berkata banjir itu yang terparah selama beberapa tahun terakhir.

Sementara bencana terus datang, nasib pembangunan tanggul pencegah abrasi tak jelas. Sempat dicanangkan pemerintah tahun 2022, pengerjaannya dihentikan tanpa ada tindak lanjut lagi.

Di tengah kondisi sini, baru-baru ini warga Desa Geliting melakukan aksi swadaya menimbun batu-batu berukuran kecil ke dalam karung, yang lalu ditempatkan di pinggir pantai.

Aksi serupa juga dilakukan warga di sekitar ruas Jalan Pantai Utara penghubung Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur yang nyaris putus diterjang gelombang. 

Terdapat tiga titik yang hampir tidak bisa dilalui kendaraan, membuat aktivitas warga dari empat desa di wilayah Sikka – Lewomada, Baokremot, Henga, Wailamung – dan satu desa dari Flores Timur – Desa Adabang – jadi terhambat.

Para sopir angkutan umum dan pemerintah desa dari lima desa itu swadaya menyumbang uang untuk membeli semen, karung dan mengumpulkan batu-batu demi memperbaiki badan jalan yang tergerus ombak.

Berikut adalah beberapa foto kondisi di pesisir utara Sikka dan aksi swadaya warga.

Warga sedang melintasi ruas jalan Napungmali-Mudajebak di Desa Wailamun, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. Ruas jalan tersebut nyaris putus akibat diterjang ombak (Maria Margaretha Holo/Floresa)
Ruas jalan di Pantai Utara, di Desa Wailamun, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka yang diterjang ombak (Maria Margaretha Holo/Floresa)
Pemukiman warga Jedawair, Desa Geliting, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka yang terendam air laut (Maria Margaretha Holo/Floresa)
Material berupa batu berukuran besar yang rencananya akan digunakan sebagai tanggul pemecah gelombang (Maria Margaretha Holo/Floresa)
Warga Dusun Jedawair bergotong royong membuat tanggul penahan abrasi menggunakan pasir yang telah diisi dalam karung. (Dokumentasi Warga)
Mereka patungan untuk membeli material. (Dokumentasi warga)
Batu dan karung berisi pasir yang disusun oleh warga Jedawair, Desa Geliting, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka sebagai upaya untuk menahan abrasi (Maria Margaretha Holo/Floresa)

PUBLIKASI TERKINI

Baca Juga

Lembaga Gereja dan Pemkab Sikka Pulangkan Tujuh Korban Dugaan Perdagangan Orang dari Kalimantan

Aparat penegak hukum diminta membongkar sindikat perdagangan orang di NTT yang selama ini penangannya dinilai setengah hati

Memelihara Alam, Petani Hewa di Flores Timur Lestarikan Ritual Warisan Leluhur

Sementara warga lainnya beralih ke pupuk dan pestisida kimia, sekelompok petani di Hewa masih mempraktikkan ritual adat dan memanfaatkan bahan-bahan alami

Proyek Tanggul Cegah Abrasi di Sikka ‘Hanya Sepotong,’ Warga Pesisir Cari Jalan Sendiri Hadapi Banjir Rob yang Kian Parah

Sambil menunggu tindakan nyata pemerintah menangani abrasi, warga membangun tanggul seadanya secara swadaya 

Ke Kalimantan ‘agar Keluarga Bisa Beli Beras,’  Meninggal di Tempat Kerja karena Lapar  – Warga Korban Perekrutan Tenaga Kerja Ilegal yang Libatkan Caleg Terpilih...

Sekitar 70-an warga Sikka diduga menjadi korban perdagangan orang yang dikirim bekerja secara ilegal ke Provinsi Kalimantan Timur pada Maret. Salah satunya meninggal usai tidak makan berhari-hari, yang lainnya hendak dipulangkan 

Proyek Rumah Sakit Pratama Doreng di Sikka Terancam Mangkrak, Warga Menanti Tindak Lanjut Pengerjaannya

Dana proyek bangunan utama Rumah Sakit Pratama Doreng mencapai lebih dari Rp10 miliar. Di tengah progres pembangunan yang  telah mencapai 95%, masyarakat dan para pekerja menunggu jawaban dari Pemkab Sikka terhadap apa yang menjadi hak mereka.

Virus yang Menyerang Babi Mulai Meresahkan, Peternak Minta Pemkab Perketat Jalur Distribusi di Perbatasan Sikka-Flores Timur

Pengunjung kandang harus dibatasi. Babi yang mati mesti lekas dikubur, jangan bagikan dagingnya