Oleh: IGNATIUS IRYANTO
Sering sekali saya mendengar dua kalimat dari teman-teman asal NTT yang sering membuat sedih.
Pertama, ‘sudahlah jangan mimpi bahwa bergerak dengan idealisme akan berhasil. Sistem sekarang ya begini. Jika mau ikut ada dalam sistem, bermainlah dengan cara sistem itu bekerja. Ya, harus transaksional, kepentingan umum hanya lipstick belaka.’
Jika sudah mendengar ini, sering muncul kesimpulan bahwa memang saya tidak kompatibel dengan sistem ini. Jadi, menjauhlah. Namun, jika berpikir bahwa justru karena sistem itulah dan karena kultur politik seperti itulah, maka NTT tetap terpuruk selama ini; sejak dari kemerdekaan selalu jadi posisi terbuncit untuk tingkat kemiskinan, namun posisi tertinggi untuk tingkat korupsi dan human traficking; rasanya tidak rela.
Namun benar, bahwa untuk memperbaiki itu harus masuk dalam sistem itu,yes. Namun, sampai kapan pun saya tidak akan masuk dengan mengorbankan nilai dan keyakinan yang selama ini saya anut. Jika untuk itu, saya harus tetap berada di luar, maka dengan penuh kesadaran saya memilih posisi itu.
Kedua, ‘sudahlah NTT itu provinsi yang memang hampir tidak mungkin dikembangkan. Bagaimana bisa? Kemarau terpanjang dan terpanas, lebih dari 70% terdiri dari padang sabana, tanah berkapur dan berkarang. Dimana-mana kering karena panas. Itu membuat kita memang sulit berkembang.’
Saya jadi berpikir, apakah kemarau yang panjang dengan intensitas sinar surya yang tinggi adalah kutukan bagi tanah kelahiran tercinta ini?
TIDAK. SAMA SEKALI TIDAK! Kemarau yang panjang dengan intensitas energi surya, baik energi cahaya maupun energi thermal-nya (panas bumi), adalah BERKAT bagi negeri Flobamorasta ini.
Bukankah kualitas Mete NTT terbaik justru karena hal itu? Bukankah kualitas Lontar terbaik karena hal itu? Potensi industri brown sugar, serta serat pelepah lontar untuk industri tertentu?
Bukankah kualitas cendana terbaik karena hal itu? Bukankah kualitas Merungge atau Kelor terbaik juga karena hal itu?
Bukankah hal itu memberikan signal bahwa pemanfaatan solar energi baik energi fotonik maupun energi thermal-nya (panas bumi) mestinya ada di NTT?
Bukankah itu yang membuat NTT merupakan daerah yang paling ideal untuk pengembangan industri garam rakyat baik untuk konsumsi maupun untuk industri?
Belum lagi kalau dilihat potensi potensi lain, yang merupakan keunggulan dan keunikan dunia yang juga ada di NTT?
Terik, panas, kering adalah sesuatu yang GIVEN. Dan itu mestinya adalah BERKAT. Jangan pernah kita mengeluh karena itu. Namun, kita harus melihatnya sebagai BERKAT.
Soalnya adalah apakah kita mampu dibukakan mata dan nurani untuk melihatnya sebagai berkat? Soalnya adalah apakah kita mampu bersyukur pada Tuhan atas Berkat itu? Soalnya apakah rasa syukur itu mampu kita tuangkan dalam kerja nyata memanfaatkan berkat berkat itu untuk kepentingan bersama dan bukan hanya untuk memperkaya diri?
Soalnya apakah kita mampu melihat, bahwa kelemahan kita justru karena tidak mampu bekerja bersama,sehati,kemampuan untuk mengalah demi kepentingan dan agenda bersama yang lebih besar?
Soalnya, apakah kita mampu menjaga integritas kita ketika mengatakan mau bekerja untuk kepentingan umum?
Semoga rakyat kita dan kita semua mampu memilih orang yang terbaik untuk memimpin kita semua di tahun-tahun mendatang. Siapa pun dia…..
Dan kita bersama, semua yang memiliki kemauan baik demi kemajuan NTT,siap membantu dia yang akan dipilih oleh rakyat dan masyarakat NTT.
Penulis adalah salah satu bakal calon gubernur/wakil gubernur NTT pada pilkada 2018