PILIHAN EDITORMahasiswa Manggarai di Malang Sambut Hangat Film “Tida Lupa”

Mahasiswa Manggarai di Malang Sambut Hangat Film “Tida Lupa”

Asrida mengatakan, ketika kita menonton film ini pada hakikatnya tidak bermaksud membuat kita mencari siapa yang benar dan siapa yang salah dalam tragedi itu.

Peristiwa sejarah, katanya, membutuhkan suatu penafsiran yang lebih mendalam.

“Kita merefleksikan fenomena dahulu dalam konteks kita sekarang. Bagaimana peristiwa 50 tahun lalu itu berdampak pada situasi atau fenomena sekarang,” katanya.

Dalam paparannya, Asrida mengakui masih ada stigma terhadap orang-orang di Manggarai, yang dianggap memiliki keterlibatan dengan PKI, bahkan untuk mereka yang sebenarnya sama sekali tidak memiliki kaitan dengan partai itu.

De facto, stigmatisasi itu masih melekat hingga kini dan tampak dianggap sebagai hal yang wajar, tanpa ada upaya mempertanyakan kembali, apakah stigmatisasi itu tepat dan apa sebenarnya yang terjadi pada 1965.

Sementara itu, Pius Pandor, CP biarawan Pasionis, salah satu pemateri dalam diskusi mengatakan, bisa saja, dalam sejarah ada yang disebut dengan ‘politisasi kebenara’ artinya bahwa apa yang benar bisa menjadi salah, dan sesuatu yang dianggap salah mungkin bisa saja benar.

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA