Asrida Elisabeth, Sutradara Film “Tanah Mama” Itu dari Manggarai

Halosina hidup di perkampungan ladang di lembah pedalaman Yahukimo, sekitar lima jam jalan kaki dari pinggiran kota Wamena.

Ia harus berjuang menghidupi dirinya dan empat anaknya setelah suaminya kawin lagi. Tanah ladang yang dibukakan oleh sang suami sudah tak subur lagi sehingga tak bisa ditanami. Namun, karena lebih memperhatikan istri keduanya, yang juga beranak banyak, maka Halosina tak bisa mengandalkan lelaki itu lagi untuk memberinya ladang.

Walhasil, di tengah himpitan kelaparan anak-anaknya, Halosina terpaksa mencuri ubi di ladang adik iparnya sendiri. Namun, ikatan kekeluargaan itu ternyata tak membuat Halosina terbebas dari hukuman.

Pemilik ladang dan ketua adat tetap bersikeras bahwa Halosina harus membayar denda satu ekor babi, atau sekitar Rp 500 ribu. Tak punya uang sepeser pun, Halosina akhirnya kabur dari desanya, dan ‘bersembunyi’ di rumah saudaranya di kampung sebelah.

Asrida mengatakan, ada dua persoalan pokok perempuan: kekerasan dan diskriminasi
Asrida mengatakan, ada dua persoalan pokok perempuan: kekerasan dan diskriminasi

Namun, ancaman denda terus mengejarnya, walau ia dengan gigih berupaya menempuh jalan damai dengan membujuk dan meminta maaf kepada sang adik ipar.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA