Padahal, kata dia, untuk menjangkau pasar saja, mereka sudah harus menempuh perjalanan yang tidak mudah, berjalan kaki sangat jauh dan juga membayar biaya transportasi yang tinggi. “Setelah tiba di rumah, mereka juga harus mengurus keluarga terutama anak-anak.”
Sudah begitu, tempat mereka juga minim pelayanan baik pendidikan maupun kesehatan.
Semua itu menjadi bagian dari pergumulan hidup perempuan. Beratnya beban yang mereka pikul tentu saja berpengaruh pada kualititas hidup mama-mama ini.
“Saya berpikir, bagaimana mungkin anak-anak bisa tumbuh dengan baik di tangan mama-mama ini dengan kondisi mereka yang seperti ini disertai dengan minimnya perhatian pemerintah termasuk pelayanan pendidikan dan kesehatan”, jelasnya.
Di Wamena, ia lantas bertemu dengan kisah nyata seorang ibu, yang kemudian hadir dalam film Tanah Mama dengan nama: Halosina.