Floresa.co – Ketika film “Tanah Mama” diputar untuk kalangan terbatas di Jakarta akhir Desember 2014 lalu, para penonton mengarahkan perhatian pada dua hal: film itu dan sutradara Asrida Elisabeth.
Asrida memang termasuk pendatang baru di dunia perfilman, tentu tak setenar nama Nia Dinata, produser film Tanah Mama.
Dan, tampaknya tak ada yang menyangka bahwa gadis 27 tahun itu berasal dari Flores, mengingat masih sangat langkah orang Flores yang masuk di dunia perfilman, apalagi menjadi sutradara.
Asrida lahir di Kampung Nanga, sebuah daerah yang agak terpencil di Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai.
Film Tanah Mama adalah karya perdananya.
Fim ini, kata dia, merupakan bagian dari upaya mengangkat ke publik apa yang dialami mama-mama Papua, yang sedang berjuang menghadapi rumitnya persoalan hidup.
Film Tanah Mama, bagi Asrida, semacam bentuk kristalisasi perjumpaan langsung dengan persoalan di Papua, dimana yang menjadi kelompok rentan adalah perempuan.