ReportaseMendalamAsrida Elisabeth, Sutradara Film “Tanah Mama” Itu dari Manggarai

Asrida Elisabeth, Sutradara Film “Tanah Mama” Itu dari Manggarai

Ia butuh waktu 3 tahun untuk riset film ini. Dan, karena menggunakan bahasa daerah, maka ia menghabiskan waktu untuk menerjemahkan naskah selama sebulan, serta editing sebulan. Sementara untuk pengambilan gambar, hanya butuh waktu 10 hari.

Film ini mengambil latar di Yahukimo, Wamena. Kata Asrida, orang Wamena punya sistem pertanian tradisional yang mengutamakan kerjasama termasuk kerja sama laki-laki dan perempuan. Sistem pertanian, jelasnya, diatur oleh kepala suku kesuburan, di mana tugas laki-laki adalah membuat pagar untuk kebun, menyiapkan lahan hingga siap ditanam. Sementara tugas perempuan adalah menanam, merawat hingga panen.

“Namun masuknya program-program pembangunan pelan-pelan mengikis kebiasaan baik itu. Budaya kerja sama semakin berkurang”, katanya.

Yang paling banyak mengalami perubahan prilaku, kata Asrida adalah laki-laki. “Kini ekonomi keluarga banyak ditanggung oleh perempuan, dari mengurus kebun hingga menjualnya ke pasar.”

Di Wamena yang hanya bisa dijangkau dengan pesawat, mama-mama ini sering kesulitan menjual hasil pertanian mereka. “Namun juga harus membeli barang kebutuhan pokok dari luar dengan harga yang mahal.”

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA