Banjir dan Longsor Melanda Sejumlah Wilayah di Manggarai Raya Usai Hujan Lebat Selama Sekitar Tujuh Jam

Sejumlah ruas jalan lumpuh, sementara jembatan hampir roboh

Baca Juga

Floresa.co- Hujan lebat yang mengguyur wilayah Manggarai Raya di Flores barat selama sekitar tujuh jam pada Rabu malam hingga Kamis pagi, 21-22 Februari, memicu banjir dan longsor di sejumlah titik.

Di Kampung  Kaca, Desa Golo Ketak, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, hujan lebat memicu banjir, buntut meluapnya sungai Wae Kali.  

Ladis Jaharum, seorang warga yang berbicara kepada Floresa pada 22 Februari dan berada di lokasi mengatakan meluapnya sungai itu menyebabkan terhambatnya mobilitas dan aktivitas warga di dua kabupaten, Manggarai Barat dan Manggarai. 

Ia mengatakan Sungai Wae Kali terletak di sekitar jalur utama yang menghubungkan beberapa kecamatan di Manggarai Barat dan Manggarai,.

Ladis mengatakan kendati ia bersama pengguna jalan lainnya menunggu selama tiga jam agar bisa melintasi jalur itu, banjir tidak kunjung surut.

“Biasanya, kalau banjir kami menunggu sampai kami betul-betul bisa melewati sungai itu. Tapi, hari ini tidak bisa ditunggu karena air sampai mengikis jalan,” katanya kepada Floresa.

Lantaran banjir tak kunjung surut, kata dia, mereka harus berbalik arah mencari jalur alternatif yang bisa diakses yaitu jalur di  Kampung Lakaturi, Desa Sepang, Kecamatan Boleng. 

Di Kecamatan Lembor Selatan, jembatan gantung yang menghubungkan Desa Wae Wako dan Desa Siru nyaris terputus akibat diterjang banjir.

Peristiwa itu terjadi pada 22 Februari sekitar pukul 07.00 Wita, saat hujan dengan intensitas tinggi mengguyur kawasan tersebut.

Jefri, seorang warga Kampung Laci, Desa Wae Wako mengatakan jembatan yang terbuat dari besi itu masih terlihat bentuk fisiknya, tetapi beberapa tali penyangga  putus.

Kondisi itu, menurut dia, membuat jembatan tersebut “miring dan dikhawatirkan ambruk jika ada warga yang memaksa melintas.”

Jembatan gantung di Kecamatan Lembor Selatan diterjang banjir pada Kamis, 22 Februari 2024. (Dokumentasi warga)

Ia mengatakan di sela-sela jembatan yang dibangun pada 2018 itu terlihat tumpukan sampah yang tersangkut.

Sementara itu, dinding-dinding jembatan juga terlihat putus akibat tak kuat menahan banjir.

“Mungkin karena talinya lepas, jembatan akhirnya miring dan tidak bisa dilalui warga,” katanya dikutip dari Beritafajartimur.com.

Akibat peristiwa itu, kata dia, warga yang hendak melintas terpaksa harus memutar balik mencari jalur alternatif.

“Belum ada warga yang berani melintas di atas jembatan itu karena takut,” katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Manggarai Barat [BPBD], Fridus Tobong mengatakan pihaknya sudah menuju lokasi untuk mengecek kondisi jembatan tersebut.

Ia berkata “kami belum bisa memberi asesmen,” karena takut banjir susulan.

Alfin Husen Kepala Desa Nangalili yang berbicara dengan Floresa pada 22 Februari mengatakan banjir  juga terjadi di desanya yang berada di pesisir pantai pada pukul  03.00 dini hari.

Ia menjelaskan, beberapa nelayan kaget saat hendak melaut dan melihat air sudah meluap.

Beberapa menit kemudian, kata dia, warga yang berasal dari Kampung Arah dan Jamala itu kembali, sembari memberitahu warga lainnya.

Mereka, kata dia, juga menyampaikan imbauan lewat pengeras suara masjid “agar seluruh warga Nanga Lili waspada.”

“Mereka juga menghimbau kepada warga yang memiliki perahu di pinggir pantai agar segera diamankan,” katanya.

Jalan di Dusun Arah menuju Dusun Jamal,
Desa Nanga Lili retak sepanjang 15 meter usai sungai di dekatnya meluap pada Kamis, m22 Februari 2024. (Alfin Husen)

Laporan Okebajo.com menyebutkan pada 22 Februari longsor menerjang jalan  Bambor–Werang.

Menurut laporan itu, titik longsor dan pohon yang tumbang terjadi di area Wae Sapo, Desa Watu Galang, perbatasan Kecamatan Mbeliling dan  Kecamatan Sano Nggoang.

Peristiwa itu mengakibatkan arus lalu lintas kendaraan roda empat dan roda dua lumpuh total.

Merespons peristiwa itu, Camat Sano Nggoang, Alfons Arfon, berkoordinasi dengan Jhon Hibur, Camat Mbeliling dan BPBD untuk memulihkan kondisi jalan secara gotong royong. 

Mereka menggeser pohon kemiri yang tumbang di jalan.

“Arus lalu lintas kendaraan sudah mulai pulih kembali,” kata Jhon.

Sementara itu, di Kecamatan Welak, lahan sawah warga rusak dan jalur Dunta-Watu Umpu putus tertutup longsor. 

Merespons peristiwa itu, warga setempat gotong-royong membersihkan jalan itu.

Di Kecamatan Komodo, beberapa rumah warga juga rusak parah tertimpa pohon tumbang dan terendam banjir.

Sementara di Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Sekolah Dasar Inpres Labang Puni tertimpa tanah longsor saat hujan lebat mengguyur wilayah tersebut. 

Agustinus Jata, seorang guru mengatakan peristiwa itu terjadi pada 21 Februari malam sekitar pukul 23.15 Wita.

Tingginya curah hujan, katanya seperti dikutip dari Pojokdurasi.com, menyebabkan tembok penahan yang dibangun pada 2023 tidak mampu menahan longsor.

Ia mengatakan akibat peristiwa itu, satu unit ruangan yang digunakan siswa-siswi kelas satu rusak berat. Ruangan itu, kata dia, tidak bisa digunakan dan “anak-anak menggunakan gedung yang lama.”

“Kegiatan Belajar-Mengajar hari ini tidak lanjut. Anak-anak kami suruh pulang. Takutnya ada longsor susulan,” katanya.

Editor: Herry Kabut

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini