Floresa merupakan media independen berbasis di Flores, NTT. Baca selengkapnya tentang kami dengan klik di sini!

Dukung kerja-kerja jurnalistik kami untuk terus melayani kepentingan publik
ReportasePeristiwaMengaku Diculik, Marsel Jeramun Lapor Pelaku ke Polisi

Mengaku Diculik, Marsel Jeramun Lapor Pelaku ke Polisi

Kemudian saya dibawa dengan truk menuju Cancar. Sesampainya di persimpangan Golo Laja, dekat kampung Sampar atau petigaan menuju kampung Rentung, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, ada sebuah mobil Toyota Fortuner berwarna abu metalik yang sudah menunggu truk yang membawa saya. Saya ketahui mobil tersebut milik Sdr Maximus Gasa yang dikendarai oleh Sdr Robert Gasa (Obet Gasa), putra dari Sdr Maxi Gasa. Selain Obet Gasa, saya juga mengenal beberapa orang seperti Ferdinandus Supardi atau yang biasa di panggil Ferdi Jumbo. Mobil Toyota Fortuner tersebut lalu berjalan di depan dan dump truk yang membawa saya mengikuti di belakangnya. Kami melewati Cancar, melalui jalan raya Ruteng – Labuan Bajo menuju kampung Bung, Desa Bulan Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Di dalam mobil saya dibentak dengan kata-kata kasar dan salah satu orang mengatakan kita bawa orang ini ke Wae Lengkas. Namun entah kenapa di Cancar mobil yang saya tumpangi ternyata berbelok arah ke jalan menunju Labua Bajo. Mobil Fortuner di depan dan kami mengikuti di belakangnya lalu berhenti di salah satu rumah di kampung Bung;

Sekitar pukul 17.00 atau 18.00 waktu setempat, kami sampai dan berhenti di kampung Bung Desa Bulan, lalu saya dibawa keluar dari dump truk dan dibawa ke rumah yang saya ketahui milik Sdr Aleks Dembot. Di dalam rumah tersebut saya diinterogasi terkait perjalanan dinas saya di Kecamatan Kuwus dan Kecamatan Ndoso, termasuk dituduh telah membagi-bagikan uang untuk memenangkan pasangan calon bupati Sdr Agustinus Dula / calon wakil bupati sdri Maria Geong (Paket Gusti-Maria). Saya diintimidasi dengan ancaman kehilangan nyawa apabila tidak mengaku bahwa saya mengetahui Paket Gusti-Maria telah membagi-bagikan uang dalam proses Pilkada 2015. Dengan ancaman tersebut, dalam kondisi penuh ketakutan akan kehilangan nyawa, saya dipaksa membuat surat pernyataan dengan tulisan tangan saya sendiri bahwa saya mengatahui Paket Gusti-Maria membagi-bagikan uang dalam proses Pilkada 2015, termasuk dipaksa menyebutkan nama-nama orang yang membagi-bagikan uang yang mereka tuduhkan tersebut; Lalu saudara Obet Gasa menelpon salah satu orang, yang kemudian disambungkan pada saya. Setelah megucapkan selamat malam, dari dalam HP milik Obet Gasa, saya dicaci maki dengan kata-kata kasar, dibilang pencuri, dan kata-kata kasar lainnya. Saya juga diancam akan dibunuh, termasuk anak, istri, saudara laki-laki, termasuk juga itri dan anak-anak. Saya bingung, karena saya tidak mengerti masalah yang dituduhkan pada saya. Di dalam HP tersebut juga terdengar suara perempuan yang juga mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor;

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA