Floresa.co – Kinerja Bupati Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), Eliaser Yentji Sunur sedang mendapat sorotan dari Forum Pemuda Peduli Lembata (FPPL) Jakarta.
“Persoalan vital rakyat seperti jalan, air minum, listrik, dan kesehatan ditelantarkan. Bupati lebih enjoy jalan-jalan keluar daerah dan sibuk berkelahi dengan DPRD. Kalau ada masyarakat berkelahi dan saling membunuh, itu semata karena meniru perilaku bupati dan elite politik lokal,” ujar Fransiskus Xaverius Namang, Sekretaris FPPL, Senin (20/10/2014).
Aktivis FPPL lainnya, Dionisius Pati Muda mengeritik perilaku bupati dan elite politik yang dinilai tidak cerdas dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
“Selama hampir tiga tahun, Bupati Lembata sangat pintar dalam memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingannya tetapi tidak cerdas membangun masyarakat dan memajukan daerah,” tandas Dion, warga asal Lembata kelahiran Pasir Putih, Nagawutun.
Bupati, kata dia, lebih gemar jalan-jalan ke Jakarta dengan alasan melakukan pertemuan dengan sejumlah menteri dan pejabat penting lainnya.
“Kadang, rencana pembangunan yang dibuat bupati di luar akal sehat manusia. Misalnya, rencana membangun kereta gantung di Waijarang. Rencana ini seperti niat anak kecil memegang bulan,” kritik Dion.
Kekecewaan terhadap kinerja Bupati Sunur tidak hanya disampaikan oleh FPPL. DPRD Lembata periode 2009-2014 bahkan sudah mengusulkan pemakzulan Sunur ke Mahkamah Agung (MA) di Jakarta. Namun, usulan tersebut tidak dikabulkan.