Warga di Sikka Swadaya Buka Jalan Tani, Sewa Alat Berat dengan Dana Pribadi

Kini warga berharap pemerintah bisa membantu membuat rabat dan jembatan

Floresa.co – Jemari Fabianus Bego cekat melinting tembakau, menyalakan ujung lalu menghisapnya berulang-ulang sembari menyeruput kopi. 

Raut wajah warga Kabupaten Sikka itu tampak sumringah.

“Pekerjaan sudah selesai, terima kasih karena sudah bantu kami,” kata petani berusia 53 tahun itu kepada operator alat berat, sambil memberi instruksi agar segera mematikan mesinnya.

Ditemui Floresa pada 12 Juli, Fabi dan para petani lainnya baru selesai bekerja gotong royong selama sepekan mengerjakan ruas jalan tani.

Jalan itu menghubungkan kampungnya di Nangahure dengan kebun di Wolonkubang, Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat.

Fabi berkata, ia memilih mengeluarkan uang pribadi Rp40 juta untuk menyewa alat berat membuka jalan itu.

“Untuk sewa alat berat selama enam hari Rp30 juta, bayar operator satu hari Rp250.000, sewa bahan bakar satu hari satu juta, sewa tronton muat [alat berat] dari Maumere lima juta,” katanya merinci pengeluaran.

“Makan minum saya tidak hitung, termasuk beli babi untuk ritual buka jalan baru,” katanya.

“Petani lain sumbang sedikit uang, kadang sumbang makanan, kopi, juga rokok sehingga sedikit terbantu,” tambahnya.

Fabi berkata “sekarang sudah puas karena kami sudah bisa angkut hasil bumi dengan kendaraan.”

Seorang warga sedang memikul hasil kebun melewati jalan tani yang sudah digusur
Seorang warga sedang memikul hasil kebun melewati jalan tani yang sudah digusur. (Dokumentasi warga)

Akses yang Sulit

Ia berkata, mulanya jalan sepanjang tiga setengah kilometer itu sempit dan berbatu sehingga mobil dan motor tidak bisa melintas.

Hal itu menyulitkan warga kampung yang harus jalan kaki untuk mengangkut hasil kebun.

“Saya kasihan lihat istri dan juga petani-petani lain jalan kaki setiap hari,” katanya.

“Daripada tunggu pemerintah buka, saya ambil uang dari tabungan saya,  lainnya saya pinjam di koperasi untuk datangkan alat berat,” katanya.

Ia berkata, selama ini setiap kali musim panen dan hasil kebunnya melimpah, “sehari bisa dua atau tiga kali kami bolak balik pikul kemiri dan kakao ke kampung.”

“Kalau tidak, sewa orang untuk pikul. Satu karung kemiri dengan bobot 50 kilogram saya bayar dengan Rp75.000,” katanya.

“Saya dan petani lain sudah lelah sekali bertahun-tahun jalan kaki,” katanya.

Hal serupa diakui petani lain, Siprianus. 

“Kami sudah tua, lalu pikul mete yang beratnya lima puluhan kilogram,” katanya.

“Padahal, anak-anak kami punya kendaraan. Mau tidak panen, jelas rugi. Jadi, hasil panen itu kami bagi dengan tukang pikul,” kata Sipri, 50 tahun.

Ia menjelaskan, warga juga harus menyeberangi dua kali saat ke kebun.

“Setiap kali musim hujan, biasanya saya, Bapa Fabi dan beberapa petani lain bikin jembatan darurat dari bambu,” katanya.

“Kalau banjir besar dan jembatannya  terbawa banjir, kami terpaksa tidur di kebun berhari-hari.”

Fabi berkata hasil kebun di Wolonkubang begitu menjanjikan.

“Ada kemiri, kakao, mete, asam, padi, jagung, ubi dan pisang. Air di sana juga melimpah sehingga kami tanam sayur-sayuran untuk dijual ke pasar,” katanya.

Fabianus Bego, warga Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka memipin warga kampungnya mengerjakan jalan tani. (Dokumentasi warga)

Sempat Dikerjakan Pemerintah

Fabi menjelaskan, pada masa kepemimpinan mantan Bupati Sikka, Sosimus Mitang [2009-2014] jalan itu sempat dibuka menggunakan alat berat, tetapi hanya sejauh satu setengah kilometer. 

Pengerjaannya kemudian tidak dilanjutkan, meskipun Sikka telah dua kali berganti pemimpin.

“Sudah 10 tahun tidak ada tanda-tanda pengerjaannya dilanjutkan,” katanya.

Fabi dan Sipri berkata, mereka memilih tidak mengusulkan pembukaan jalan itu ke pemerintah.

“Jangan sampai kita usulkan berkali-kali, tetapi pemerintah abaikan,” kata Fabi.

Ia berharap, semoga setelah mengetahui aksi swadaya ini, “pemerintah tergerak hatinya untuk bantu buat rabat dan juga bangun jembatan.”

Pelaksana Tugas Lurah Hewuli, Cica Hasnawati berkata ia baru mengetahui aksi warganya dari berita yang beredar di media. 

“Kami tidak dapat informasi secara langsung,” katanya.

Ia mengapresiasi inisiatif Fabianus dan  berjanji akan meneruskan aspirasi warga membangun rabat dan jembatan di jalan itu.

Kelurahan akan mengusulkan pada musyawarah pembangunan tingkat  kecamatan “dan akan berkoordinasi dengan dinas terkait,” katanya.

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

TERKINI

BANYAK DIBACA

BACA JUGA