Floresa.co – Konsorsium organisasi nirlaba yang fokus pada isu anak muda menyelenggarakan lokakarya baru-baru ini untuk mendorong kaum muda di Kabupaten Manggarai Barat terlibat dalam kampanye dan advokasi sistem pangan lokal melalui media sosial.
Lokakarya bertajuk Workshop Content Creation and Gastronomy Movements atau Pembuatan Konten dan Gerakan Gastronomi itu diselenggarakan oleh Konsorsium Simpul Pangan secara luring di Labuan Bajo pada 21-23 April.
Konsorsium Simpul Pangan terdiri dari Pamflet Generasi dan Rombak Media, keduanya merupakan organisasi nirlaba dan media digital yang diprakarsai oleh dan untuk anak muda di Indonesia.
Simpul Pangan adalah konsorsium yang mendukung orang muda di Bandung dan Manggarai Barat untuk berkolaborasi dalam menyuarakan sistem pangan berkelanjutan.
Simpul Pangan berperan sebagai sistem pendukung bagi orang muda untuk mempelajari, merefleksikan, menarasikan dan mendorong sistem pangan kota yang ideal melalui aksi nyata.
Dalam prosesnya, orang muda akan saling terhubung dan belajar dari jejaring pemangku kepentingan isu pangan dan mengampanyekan solusi atas tantangan pangan berbasis lokal.
Lokakarya tersebut merupakan bagian dari Program Urban Futures — program global yang berlangsung pada 2023-2027 dengan fokus pada sistem pangan perkotaan, kesejahteraan kaum muda dan aksi iklim.
Di Indonesia, program tersebut dilaksanakan dan dikelola oleh Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial.
Dalam pernyataan yang diterima Floresa, konsorsium menyatakan “dalam konteks Manggarai Barat, orang muda dihadapkan dengan berbagai tantangan seperti ketahanan pangan, pengetahuan pangan lokal yang semakin dilupakan sebagai dampak modernisasi, pengelolaan limbah pangan dari aktivitas pariwisata.”
Merespons kondisi tersebut, konsorsium hendak fokus menjadi sistem pendukung bagi orang muda untuk menyuarakan dan melakukan inisiatif aksi yang mendorong pangan berkelanjutan di wilayahnya masing-masing.
Fasilitator utama dalam kegiatan tersebut adalah Ester Elisabeth Umbu Tara, pendiri Komunitas Bacarita Pangan Lokal, yang aktif dalam pengarsipan pangan lokal dan pemberdayaan perempuan di Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Orang muda yang terlibat dalam kegiatan tersebut termasuk dari Komunitas Lino Tana Dite. Mereka juga telah mengikuti lokakarya Simpang Belajar: Co-creation for City Vision pada November tahun lalu.
Konsorsium menyatakan “media sosial menjadi alat yang sangat efektif dalam mempromosikan, mengampanyekan, dan mengadvokasikan berbagai isu sosial, termasuk sistem pangan lokal berkelanjutan.”
Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2024 menunjukkan pengguna internet terbanyak berasal dari kalangan usia muda dengan rincian 87,02% Gen Z (12–27 tahun) dan 93,17% milenial (28–43 tahun).
Menurut survei tersebut, empat platform media sosial yang paling banyak digunakan antara lain Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok.
“Hal ini menunjukkan potensi besar anak muda dalam mendorong perubahan melalui media digital,” tulis konsorsium.
Konsorsium menyatakan dalam lokakarya tersebut, peserta dilatih mengembangkan narasi kampanye yang positif terkait isu pangan lokal, lalu mengemasnya dalam bentuk konten kreatif di media sosial, khususnya Instagram.
Kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menguatkan kesinambungan antara visi kota berkelanjutan yang telah dirumuskan dalam lokakarya sebelumnya, dengan kemampuan produksi konten media sosial yang berdampak.
Pada Simpang Belajar sebelumnya, tulis konsorsium, kelompok 15 orang muda yang dinamai “Uma Lestari” berkolaborasi memetakan potensi dan masalah seputar pangan di sekitar tempat tinggal mereka.
Para peserta juga berkolaborasi membayangkan sistem pangan perkotaan yang mereka impikan dan merencanakan inisiatif aksi lebih konkret untuk mewujudkan visi Manggarai Barat yang “Selaras Alam, Budaya, Manusia.”
“Visi tersebut menggambarkan fokus aspirasi untuk memadukan tiga elemen utama—alam, budaya, dan manusia—melalui pangan,” tulis konsorsium.
Selama tiga hari pelaksanaan peserta mengikuti rangkaian sesi produktif dengan pendampingan fasilitator lokal.
Mereka antara lain mengunjungi dua inisiatif kuliner lokal yakni, Lompong Cama dan The Kitchen Garden, yang dikenal karena upayanya memperkenalkan kembali masakan tradisional Manggarai Barat dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal di tengah arus modernisasi dan perubahan iklim.
Di lokasi ini, peserta akan praktik langsung untuk membuat konten media sosial, baik berupa video pendek maupun fotografi, sesuai minat dan rencana kelompok masing-masing.
“Bahan-bahan hasil perekaman lapangan tersebut kemudian disusun untuk menjadi konten yang utuh,” tulis konsorsium.
Editor: Ryan Dagur