Konser 25 Tahun Berkarya, Ivan Nestorman Luncurkan Album Baru

Jakarta, Floresa.co – Musisi asal Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Ivan Nestorman (50) menggelar konser tunggalnya di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis, 28 September 2017.

Dalam konser bertema A World Music Performance: From NTT with Hope itu, ia juga meluncurkan album barunya, Legacy.

Ivan menuturkan, album yang dikerjakannya selama tiga tahun itu merupakan salah satu album yang diharapkan memperkuat ikon ethnis dalam karya-karyanya. Berisi enam lagu baru dan dua lagu daur ulang, salah satunya yaitu Mogi Dheo Keze Walo yang sudah sangat populer sebagai lagu tari­an line dance saat ini.

Tujuh lagu dalam album itu ditulis dalam bahasa Manggarai dan sebuah lagu ditulis dalam bahasa Inggris.

Sementara itu, seluruh musik album ini dimainkan Ivan sendiri, kecuali beberapa solo gitar seperti pada lagu Awo Flores, Mogi dan Ce Ce Ce dimainkan Tohpati, Ray Sandoval, pemusik asal London, dan gitaris asal Flores, Illo Djeer.

“Musik saya bisa digolongkan apa saja, tetapi belakangan ini saya banyak mencurahkan waktu untuk musik neo-tradisi,” kata Ivan saat dilansir mediaindonesia.com, Jumat, 29 September 2017.

Baca Juga: Ivan Nestorman Semarakkan “Pesta Rakyat” Flores di Jakarta

Ia menjelaskan neo-tradisi merupakan musik yang berpijak pada tradisi tapi mendapatkan ekspresi kontemporer dalam penyampaiannya.

“Musik neo-tradisi tetap harus mempunyai relevansi universal meskipun melakukan interpretasi ulang terhadap motif-motif etnik. Semoga musik-musik ini mampu menjadi legacy bagi generasi muda,”

Konser yang menegaskan konsistensinya berkarier di jalur musik neotradisi sepanjang 25 tahun berkarya itu didukung oleh musisi sekaligus para sahabatnya sendiri, seperti Gilang Ramadhan, Budjana, Nita Arsteen, Rio Moreno, Donny Suhendra, Jalu Pratidina, dan grup musik “Nestornation,” asuhan Ivan Nestorman.

Ivan mengatakan, musik etnis Indonesia sangat kaya dan memiliki citarasa musikalitas yang tinggi.

Dengan menyampaikannya secara komtemporer, musikalitas dari khasanah etnis tersebut dapat menembus batas, menjangkau seluruh dunia, dan dimengerti sebagai bagian integral dari harmonisasi kehidupan.

“Sepanjang karier saya, mayoritas musik yang saya usung adalah musik etnis dari tanah kelahiran saya Manggarai dan musik etnis dari daerah-daerah di NTT. Saya tidak segan-segan menggunakan bahasa daerah dalam syair-syair lagu, dan total mengadopsi ritmis etnik,” katanya dalam siaran pers Kamis, 28 September 2017.

“Tidak ada ketakutan sama sekali karya saya itu bakal ditolak karena musikalitas yang unik dan universal dari karya-karya tersebut menjadikan musik neotradisi tersebut mudah diterima dan dinikmati,” lanjutnya.

Seperti diketahui, musik neotradisi adalah musik yang berpijak pada motif-motif tradisi yang diekspresikan secara kontemporer, seperti melalui perpaduan etnis-jazz.

Karya-karya yang kental dengan musik neotradisi Ivan yang populer dan dicover dalam berbagai versi, antara lain Mogi Dheo Keze Walo, Mata Leso Ge, E Wada.

Sementara itu, karya-karya Ivan lainnya yang telah dikenal publik antara lain melalui Nera Project, Komodo Project, dan Album Flores The Cape of Flower.

Konsistensinya mengusung musik ethnis Flores, NTT menjadikan Ivan Nestorman dikenal sebagai salah satu ikon musik ethnis Flores dan mendapat julukan “The Man of Eastern Voice.”

Gilang Ramadhan, dalam sebuah wawancara dengan salah satu stasiun televisi nasional pernah mengatakan, dirinya bersama Ivan Nestorman telah 15 tahun menggeluti musik etnik, diawali dengan Nera Project yang memainkan elemen-elemen musik etnis seluruh Indonesia.

Nera Project mendapuk Ivan Nestorman sebagai vokalis dan membebaskan Ivan mengeksplorasi musikalitas Flores yang kaya dan unik. “Jujur, saya bertemu dengan seorang penyanyi yang memiliki suara yang ajaib,” kata drummer legendaris itu.

Mogi Lebih Mendunia

Selain menegaskan perjalanan kariernya sepanjang 25 tahun, konser tunggal Ivan Nestorman kali ini juga mengusung misi lebih mempopulerkan lagu Mogi Dheo Keze Walo ke kancah internasional.

Ivan mengatakan, tren musik global saat ini adalah mengangkat musikalitas dan ragam tarian ethnis ke layar global melalui perpaduan musik kontemporer.

Mogi Dheo Keze Walo, katanya, telah sukses menjadi salah satu lagu yang memprovokasi lahirnya line dance, yang secara massal diikuti oleh segenap lapisan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.

Baca Juga: Ivan Nestorman dan “Mogi” di AMI Awards

“Saya ingin Mogi Dheo Keze Walo lebih mendunia demi memperkenalkan khasanah musik ethnis Indonesia, terutama budaya Flores, NTT ke kancah global. Mogi go internasional,” kata dia.

Sebagai ikon musik ethnis Flores – NTT, Ivan memang sering sekali mewakili provinsi tersebut mempromosikan budaya NTT di kancah internasional. Kesempatan tersebut digunakan Ivan untuk memperkenalkan dan mempopularkan budaya NTT melalui musik neotradisi ke kancah global, seperti USA, Eropa, Afrika, Timur Tengah, Asia dan Australia. (ARJ/Floresa).

spot_img

Artikel Terkini