Kecewa Karena Belasan Tahun Dibiarkan Rusak Parah, Warga Tanam Pisang di Jalan Provinsi NTT

"Sudah belasan tahun pemerintah tidak pernah memperhatikan jalan ini. Saat ini masyarakat mengambil keputusan, lebih baik jalan raya ini dijadikan kebun untuk tanaman jangka panjang," kata seorang warga.

Floresa.co – Warga di pedalaman NTT memutuskan menanam pisang di sebuah sebuah ruas jalan milik provinsi karena kecewa terhadap pemerintah yang membiarkan jalan itu rusak parah selama belasan tahun.

Dalam sejumlah foto dan video yang viral di sejumlah aplikasi media sosial pada Rabu, 16 November 2022, tampak pohon pisang yang baru ditanam di tengah jalan di ruas jalan Kedindi-Pateng, penghubung Kabupaten Manggarai bagian utara dan Kabupaten Manggarai Barat.

Lokasi yang ditanami pisang itu berada di wilayah Kampung Munta, Desa Kajong.

Dalam sebuah video berdurasi satu menit, Felix Jubel, seorang warga mengatakan aksi itu merupakan bentuk protes kepada pemerintah yang tidak pernah memperbaiki jalan tersebut.

“Sudah belasan tahun pemerintah tidak pernah memperhatikan jalan ini,” katanya.

“Saat ini masyarakat mengambil keputusan, lebih baik jalan raya ini dijadikan kebun untuk tanaman jangka panjang,” tambahnya.

Aksi tanam pohon pisang itu dilakukan warga sejak pukul 09.00 Wita. Anakan pisang diambil dari kebun masing-masing, lalu menanamnya di sepanjang jalan berlumpur yang melintasi kampung mereka.

Yohanes, warga Kampung Tureng yang bertetangga dengan Kampung Munta, mendukung aksi protes tersebut.

Ia mengatakan, sudah terlalu lama masyarakat menderita dan pemerintah hanya menghibur mereka dengan janji-janji.

Ia berharap, aksi warga bisa menggugah hati nurani pemerintah agar segera memperbaiki jalan tersebut.

“Semoga Pemprov NTT melihat dengan hati nurani dan masyarakat meminta penanganan darurat untuk satu bulan ke depan,” katanya.

Ia menuturkan selama bertahun-tahun petani di Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai dan Kecamatan Rego, Kabupaten Manggarai Barat kesulitan memasarkan hasil kebun ke pusat perdagangan di Reok, Manggarai karena kondisi jalan yang rusak.

Karena kondisi jalan yang tidak bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat, kata dia, warga terpaksa memikul karung berisi hasil bumi seperti kemiri, porang, dan komoditi lainnya melintasi kubangan lumpur sejauh 2-3 kilometer sebelum sampai ke titik yang bisa dijangkau kendaraan roda empat.

Hal serupa juga dilakukan ketika warga mengangkut bahan-bahan kebutuhan pokok sepulang belanja dari Reok.

Saat ada warga yang sakit dan butuh perawatan di Puskesmas terdekat atau hendak dirujuk ke rumah sakit, kata dia, mereka juga harus menandu sejauh 2-3 kilometer.

Romo Bernardus Palus, Pastor Paroki Kajong berharap ada penanganan darurat dalam waktu satu bulan ke depan agar warga bisa tertolong.

“Saya dengar tahun 2023 akan diaspal oleh Pemprov NTT. Tetapi, sebelum diaspal tahun depan, saya berharap kepada Pemprov NTT supaya ada penanganan darurat dalam waktu satu bulan ke depan, apakah dengan menimbun agregat atau apapun supaya jalan itu bisa dilalui kendaraan,” katanya.

Aksi masyarakat Kampung Munta telah direspon Anggota DPRD NTT, Ben Isidorus yang membicarakannya dalam rapat paripurna yang dihadiri Wakil Gubernur NTT, Josef A. Nae Soi, Rabu, 16 November.

Politisi Partai Hanura itu mengatakan aksi warga itu “karena jalannya sungguh-sungguh rusak parah.”

Ia mengatakan, fraksinya sudah berulang kali menyampaikan kondisi jalan tersebut.

“Kami sudah sampaikan berulang kali, baik [lewat] pendapat fraksi, di pandangan umum, di pendapat akhir, bahkan kami pernah sampaikan secara lisan di hadapan bapak Wakil Gubernur,” katanya seperti dilansir Voxntt.com.

Isidorus menegaskan, jika kondisi ruas jalan tersebut dibiarkan rusak, maka akan terjadi lumpu total di wilayah perbatasan kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat itu.

“Kalau tunggu anggaran tahun 2023, sementara saat ini hujan lebat, maka akibatnya masyarakat sulit untuk mendapatkan bahan pangan yang selama ini mereka beli,” katanya.

Karena itu, ia meminta Nae Soi mengambil cepat memperbaiki jalan itu sehingga mobilitas warga bisa normal kembali.

Merespons hal itu Nae Soi mengatakan, ia akan segera berkoordinasi dengan dinas terkait.

Ia menjelaskan, target utamanya adalah agar jalan itu bisa dilalui oleh kendaraan.

Jalan di Dusun Munta ini sempat ramai dibicarakan tahun lalu ketika mobil anggota DPRD NTT kesulitan melewati jalan itu, sementara warga setempat memilih hanya menonton.

Mobil jenis Mitsubishi Pajero VGT milik Vinsen Pata, salah seorang anggota dewan harus berjuang melewati genangan air yang menutupi badan jalan dan gundukan lumpur.

Saat ia berusaha meminta bantuan warga sekitar, mereka mengacuhkannya dan baru ikut membantu mendorong mobil itu 30 menit kemudian.

Dalam pernyataannya pada bulan April, Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan terdapat 1.000 kilometer jalan yang rusak di seluruh wilayah NTT, di mana 906 kilometer sudah diperbaiki, sementara 94 kilometer ditargetkan dituntaskan hingga tahun depan.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini