ReportasePeristiwaRekor MURI Terkait Minum Kopi di Flores Diragukan

Rekor MURI Terkait Minum Kopi di Flores Diragukan

Labuan Bajo, Floresa.co – Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat rekor baru untuk aksi minum kopi terbanyak di Indonesia. Rekor kali ini, menurut lembaga itu terjadi pada ajang penutupan Tour de Flores (TdF) di Labuan Bajo, Rabu 19 Juli kemarin.

Menurut MURI, masyarakat Flores dari Larantuka hingga Labuan Bajo melakukan minum kopi serentak pada pukul 14.00 sampai Pukul 16.00, dengan total 1.890.000 cangkir kopi Flores pada hari itu.

Jumlah tersebut menurut MURI mengalahkan aksi minum kopi sebelumnya yang hanya sebanyak 50.000 cangkir di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, pada tangal 13 Januari 2013.

“Jumlah ini melebihi yang diusulkan ke MURI yaitu satu juta cangkir kopi. Grand total ada 1.890.000 cangkir kopi,” ujar Wakil Direktur MURI, Osmar Semesta Susilo, saat mengumumkan rekor tersebut di Labuan Bajo seperti dikutip dari Indonesiakoran.com.

Namun, sejumlah pihak mempertanyakan rekor minum kopi terbanyak di Flores ini. Pasalnya, penduduk Flores hanya berjumlah sekitar 2,5 juta orang dan tidak semuanya minum kopi.

“Angka 1.890.000 itu sangat tidak masuk akal. Sangat melebih-lebihkan,” ujar Paulus Pangka, seorang tokoh masyarkat Flores, Kamis 20 Juli 2017.

Paulus yang juga pernah bekerja di MURI meminta panitia TdF dan MURI menjelaskan secara terbuka kepada masyarakat metode untuk mendapatkan angka tersebut.

“Bagaimana cara menghitungnya sehingga dapat angka seperti itu. Sementara penduduk Flores cuma 2 juta lebih dan Ngada tidak ikut dalam ajang TdF. Di Ruteng juga tidak ada acara minum kopi pada saat itu,” ujar pendiri Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (LEPRID) ini.

Menurut Paulus, MURI harusnya menempatkan timnya sendiri di setiap kabupaten pada waktu yang ditentukan itu.

“Bukan mempercayakan kepada pantia TdF, agar datanya lebih akurat,” katanya.

“Jangan sampai terjadi pembohongan publik. Di 8 kabupaten itu, harus ditempatkan orang MURI untuk menghitung,” lanjut Paulus.

Menurutnya, informasi yang ia peroleh hanya ada dua orang dari MURI yang hadir di Flores saat itu. Itu pun mereka berada di Labuan Bajo.

Padahal, kata Paulus, minimal 75% wilayah harus didatangi tim dari lembaga rekor saat melakukan penghitungan.

Kalau pun mengandalkan gawai (HP) dan media sosial, menurut Paulus, tidak semua wilayah di Flores bisa terakses internet. Daerah di Flores juga tidak semuanya dikenal sebagai pemium kopi. Hanya beberapa kabupaten seperti Manggarai, Manggarai Timur dan Ngada.

“Karena itu, data 1.890.000 itu tidak masuk akal, dengan jam yang sama, serentak lagi. Rekornya ini diragukan keakuratan datanya oleh masyarakat Flores,” ujarnya. (PTD/Floresa)

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA