PerspektifAnalisisAdven, Pilkada dan Revolusi Mental

Adven, Pilkada dan Revolusi Mental

Kata Jokowi (dalam Dale&Somerpes [Eds.]:2014), kita memerlukan suatu terobosan budaya politik untuk memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan.

Revolusi mental memang tidak memerlukan pengorbanan fisik, tetapi membutuhkan komitmen moral, spiritual dan dedikasi. Ini semua terjadi jika pemimpinnya bermental revolusioner.

Hal seperti ini selalu menjadi tantangan dan kadangkala absen dari demokrasi kita selama ini. Karena perhelatan demokrasi seperti Pilkada selalu berkaitan dengan jabatan manusiawi, maka segala pertimbangan dan kualitas hati dan iman dikesampingkan.

Padahal, menurut saya, seseorang bisa menjadi pemimpin alternatif dan solutif, jika dia memiliki integritas diri dan kemurnian hati. Dengan demikian, dia akan mampu tampil sebagai pemimpin yang mengalami dan menghidupkan revolusi mental dalam kiprahnya nanti.

Merujuk pada penjelasan ini, calon pemimpin diharapkan memiliki motivasi untuk mewujudkan Kerajaan Allah, yang oleh Fuellenbach (1998) dirumuskan sebagai segala konteks yang terjadi hit et nunc.

Artinya dia terlibat dalam usaha dan praksis liberatif ke-kini-an dengan cara sungguh-sungguh menjalankan perannya. Agar bisa mencapai hal seperti ini maka dia harus mampu mengkombinasikan keutamaan epistemis, moral, sosial dan iman.

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA