Adven, Pilkada dan Revolusi Mental

Baca Juga

Sinkronisasi berbagai keutamaan ini, pada hemat saya akan menjadikan seorang pemimpin mampu menjalankan perannya sebagai kepala daerah yang tidak hanya menunjukan kemampuan sebagai orang yang memiliki kesanggupan epistemis.

Jika terpilih, dia akan menyadari bahwa dia adalah tokoh yang telah dinanti-nantikan kedatangannya yang tidak hanya menjalankan peran administratif, tetapi juga mesti menampilkan integritas diri.

Dia juga menyadari bahwa dia tidak hanya menjadi pemimpin duniawi, tetapi juga menyadari bahwa dia mengambil bagian dalam tugas yang dipercayakan Tuhan kepada manusia. Tanpa itu semua, maka seorang pemimpin akan pincang.

Saya berharap agar calon pemimpin memaknai Pilkada kali ini dalam kesatuannya dengan masa Adven. Dengan demikian, calon pemimpin tidak akan mereduksi Pilkada sebagai momentum meraih kekuasaaan semata, melainkan dijadikan sebagai saat menjernihkan motivasi agar mampu merestorasi peradaban sosial yang kian degradatif.

Dengan begitu, pemimpin yang saat ini sedang dinantikan kedatangannya itu bukan hanya figur yang akan memenangi Pilkada, tetapi juga mampu “memenangkan” kepentingan rakyat.

Kalau tidak, “kedatangan”-nya tidak layak dinantikan. Lebih dari itu, sia-sialah penantian rakyat.

Penulis adalah rohaniwan dan dosen di Stipas St. Sirilus Ruteng

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini