Kasus SMK Stella Maris dan Pendidikan Anti Kekerasan

Baca Juga

Institusi pendidikan hendaknya menjadi wadah interaksi ilmu pengetahuan, bukan menjadi tempat melanggengkan kekuasaan para pendidik, di mana mereka menganggap bisa melakukan apa saja terhadap peserta didik.

Cermin Kegagalan

Kita boleh berasumsi bahwa oknum polisi di Mabar yang melakukan tindak kekerasan adalah juga hasil dari kegagalan pendidikan anti kekerasan. Kekerasan juga bisa muncul dari pola pendidikan yang melibatkan tindak kekerasan, misalnya memukul siswa, tawuran dan sebagainya.

Tentu melihat kasus di atas, kita mesti mengamini bahwa ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Ada empat akar kekerasan dalam dunia pendidikan. Pertama, keluarga sebagai tempat pertama dan utama dalam mendidik melanggengkan tindak kekerasan. Kekerasan yang dilakukan dalam lingkungan keluarga tentu sangat mudah ditiru oleh anak-anak.

Kedua, tindakan dan posisi pendidik yang sangat superior. Hal ini tentu bisa dilihat dari pola berpikir bahwa pendidik adalah figur yang paling benar.

Ketiga, lemahnya institusi pendidikan menjalankan, mengawasi, dan mengevaluasi proses belajar mengajar. Institusi pendidikan cenderung menyembunyikan bahkan menganggap wajar tindak kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah.

Keempat, tanggung jawab negara dalam pengelolaan pendidikan. Sistem pendidikan kita saat ini dalam praktiknya masih mengedepankan aspek kognitif dalam pencapaian hasil pembelajaran. Hal ini menjadi celah tindak kekerasan lebih banyak dilakukan terhadap siswa yang “tidak mampu” dalam pelajaran dan siswa yang dianggap nakal.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini