Paskah Amanue dan “Memoria Passionis” Lembata

Baca Juga

Itulah Paskah, kebangkitan yang diwartakan Amanue selama hidup agar belenggu-belenggu ketidakadilan dilepas-uraikan demi pembebasan seutuhnya manusia yang bermartabat. Paskah Amanue adalah spirit perjuangan – seperti Yesus yang dipercayai – untuk melawan tunduk pada ketakutan memerangi kezaliman, dusta, kerakusan, korupsi, penyalahgunaan jabatan dan wewenang, pembunuhan hak hidup orang lain demi terciptanya sebuah tatanan hidup bersama yang adil dan damai.

Paskah Amanue adalah puncak dan mahkota sukacita atas perjuangan panjang selama berpastoral keadilan dan perdamaian di bumi Nusa Bunga-Nusa Tenggara Timur. Paskah Amanue adalah buah kemanisan dari sebuah pergumulan panjang penuh kegetiran, suka dan duka menanam benih keadilan dan perdamaian serta menegakan hak-hak masyarakat kecil-terpinggirkan di bumi Indonesia.

Seperti Paus Fransiskus yang mewartakan roh persaudaraan dalam perbedaan, ketika membasuh kaki-kaki kaum imigran Muslim, Hindu dan Kristen, demikianlah Fransiskus Amanue mewujudkan semangat itu dalam warna pastoral di keuskupan Larantuka. Dalam tindakan pembelaan dan sikap keberpihakan, Amanue tak pernah berhitung latar budaya, suku, agama dan etnik.

Semua dibelanya. Siapa pun yang menjadi korban ketidakadilan adalah kliennya, sahabatnya, saudaranya. Dia mengibarkan panji perjuangannya melampaui batas-batas, sekat-sekat, kelompok, teritori dan ideologi.

Mungkin tidak berlebihan untuk menafsirkan apa yang dilakoni Tuan Amanue ketika disandingkan dengan seruan profetis Oscar Romero dan rakyat El Savador dalam masa-masa sulit perjuangan pembebasan. “Berjalanlah bersama kami, sertailah kami dalam perjalanan pahit ini; ringankanlah beban kami yang berat ini. Temukanlah cara-cara untuk membantu kami menghentikan kekerasan”.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini