Sebulan Usai Erupsi Awal Tahun Lewotobi Laki-Laki, Empat Pengungsi Lansia Berpulang

Meninggalnya keempat lansia “menjadi catatan” bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Baca Juga

Floresa.co – Dalam suasana berduka, Sisilia Bunga Soge tetap berjaga-jaga jika Lewotobi Laki-laki kembali erupsi. Sementara mengemas baju, ia juga sibuk berkoordinasi sana-sini, mengurus rangkaian adat selepas ibunya berpulang. 

“Bila gunung meletus lagi, kami tinggal angkat tas dan lari kembali ke pengungsian,” katanya.

Sisilia meninggalkan pos pengungsian sejak 28 Januari, hari ibunya berpulang.

Yuliana Soge, ibu dari Sisilia, meninggal di pengungsian pada 28 Januari. 

Mengungsi sejak 1 Januari, mereka sekeluarga tinggal sementara di bangunan bekas kantor Balai Penyuluh Pertanian [BPP] Desa Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur. 

Bangunan tak bertembok itu berada di tengah-tengah persawahan. Lantainya yang dijejali jerami menjadi alas tidur bagi puluhan pengungsi dari pelbagai kampung sekitarnya.

Yuliana berpulang pada usia 96 tahun. Menurut Sisilia, ibunya sempat “tak berselera makan selama 10 hari terakhir hidupnya.”

Sisilia berusaha mengakali kebutuhan gizi ibunya dengan memberikannya susu. Tapi itu saja “tentu tak cukup.”

Ditambah lagi, “mama sepertinya stres berlama-lama di pengungsian,” kata Sisilia yang berasal dari Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura, Flores Timur.

Beberapa kali “mama mengomel, bilang sudah tak betah di pengungsian.”

Ia teringat ibunya yang mula-mula tak mau mengungsi. “Dibujuk berulang kali pun, ia menolak,” kata perempuan 56 tahun itu mengenang ibunya. 

“Mau mati atau hidup, saya tetap di rumah,” kata Sisilia menirukan Yuliana ketika tak juga mau mengungsi.

Tak ingin ibunya sendirian di rumah, seorang kerabat lalu “menggendong paksa [Yuliana] ke truk angkutan pengungsi.”

Warga mengitari jenazah Yuliana Soge, yang meninggal di posko pengungsian di Desa Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur pada 28 Januari 2024. (Dokumentasi PGRI Flores Timur)

“Menjadi Catatan Kami”

Tujuh hari sebelum Yuliana berpulang, Maria Peni Hayon mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit [RS] St. Gabriel, Kewapante, Kabupaten Sikka. 

Menutup mata pada usia 70 tahun, sebelumnya ia mengeluhkan batuk, pilek dan sesak napas yang tak kunjung sembuh. 

Kepada Floresa pada 30 Januari, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Flores Timur, Hery Lamawuran mengatakan Maria “sempat muntah-muntah dan dipasangi infus” sebelum oleh keluarganya dibawa ke RS St. Gabriel Kewapante.

Seorang pengungsi lain, Petrus Kula Puka meninggal di rumah warga di Desa Konga pada 27 Januari. Di rumah warga itu Petrus mengungsi sejak 1 Januari. 

Ia tak dibawa ke pos pengungsian lantaran mengidap beberapa penyakit yang membutuhkan perhatian lebih.

Menurut Hery, Petrus yang berusia 64 tahun “memiliki riwayat rematik dan gangguan lambung.”

Ketika kondisi fisiknya menurun, Petrus dilarikan ke unit gawat darurat Puskesmas Lewolaga, Titehena, Flores Timur.

“Saat itu pasien hendak dirujuk ke RS terdekat, tetapi keluarga menolak,” kata Hery. Sebaliknya, keluarga membawa Petrus pulang ke kampung.

Antonius Belang Uran, seorang pengungsi asal Nurabelen, Kecamatan Ile Bura yang berusia 72 tahun meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Larantuka pada 15 Januari. 

Berdasarkan catatan medis, “keempatnya terserang sesak napas, rematik, asma, asam urat dan lambung,” kata Hery tanpa memerinci siapa mengidap penyakit apa. 

Merasa “khawatir mengikuti pemberitaan” akan meninggalnya keempat pengungsi, Kepala Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana Suharyanto mendatangi pos pengungsian Desa Konga pada 30 Januari. 

“Ini menjadi catatan bagi kami supaya jangan sampai gara-gara mengungsi, pelayanan tidak baik, kesehatan tidak baik, lalu ada korban,” katanya seperti disitir dari Detik.

Aktivitas Vulkanis Menurun

Setelah 20 hari berstatus “Awas”, level peringatan aktivitas vulkanis Gunung Lewotobi Laki-Laki turun menjadi “Siaga.”

Penurunan status ditetapkan Pusat Mitigasi Bencana Geologi [PVMBG], Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 29 Januari. 

Penurunan dipicu “aktivitas vulkanis yang cenderung menurun pada 23-29 Januari,” kata Kepala PVMBG, Hendra Gunawan dalam keterangan resmi penurunan status Lewotobi Laki-laki.

Zona merah gunung berapi yang tercakup dalam wilayah administratif Flores Timur itu dipersempit menjadi empat kilometer, setelah sebelumnya dalam radius lima kilometer dari rekahan kawah.

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini