Saat Penyandang Disabilitas di Manggarai Timur ‘Turun Tangan’ Perbaiki Jalan Kabupaten yang Rusak Parah

Warga mengkritisi pemerintah karena abai dengan infrastruktur jalan yang memprihatinkan

Baca Juga

Floresa.co – Seorang penggguna jalan melintas di Desa Ruan, Kecamatan Kota Komba pada 26 Maret sekitar pukul 11.00 Wita.

Ia sedang dalam perjalanan ke Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. 

Di tengah jalan, ia menemukan seorang pria sedang memperbaiki jalan yang rusak parah.

Ia lantas menghentikan kendaraannya, terpikat dengan aksi pria itu.  

Ia mengidentifikasi pria itu sebagai Bernabas Magha, warga Desa Ruan, yang salah satu kakinya telah diamputasi.

“Kita berharap agar sedapat mungkin apa yang dilakukan beliau dapat diperhatikan pemerintah Matim [Manggarai Timur],” tulis pengguna jalan itu pada statusnya di WhatsApp. 

“Penguasa Matim, di mana kalian?” tambahnya.

Pada hari yang sama, tangkapan layar unggahan pengguna jalan itu dibagikan Nho Tanggung, warga Desa Ruan lainnya kepada Floresa

Majhos Mbaling, warga Desa Pong Ruan berkata, Bernabas – yang biasa disapa Nabas – berasal dari Kampung Nggokong.

Ia mengenalnya karena Nabas sering “jalan-jalan untuk menghibur dirinya dengan bertemu keluarga” di desanya, terutama di Kampung Watu, Melar dan Dalo. 

Dengan kondisi  salah satu kakinya telah diamputasi, kata dia, Nabas dengan tongkatnya tetap kuat berjalan sepanjang kurang lebih 20 kilometer dari kampungnya menuju beberapa kampung itu.

Ia berkata Nabas mengalami kecelakaan beberapa tahun silam saat sedang bekerja di kebun.

Salah satu kakinya, kata Majhos, tertindih batu yang membuat tulang keringnya patah.

“Sudah masuk puluhan tahun beliau dengan kondisi seperti ini,” katanya.

Mirip Sungai dan Rawan Kecelakaan

Nho Tanggung mengatakan jalur yang diperbaiki Nabas itu merupakan jalan kabupaten yang menghubungkan beberapa desa, yakni Ruan, Pong Ruan, Desa Persiapan Golo Lidi dan Golo Tolang.

Jalan itu, kata dia, ditingkatkan menjadi lapisan penetrasi pada 2010 saat Yosep Tote menjadi Bupati Manggarai Timur.

Ia berkata delapan tahun kemudian jalan itu mulai rusak dan hingga “kini tinggal batu dan kerikil.”

“Sebelum rusak, semua jenis mobil bisa lewat. Sekarang hanya truk pengangkut material dan pikap yang bisa melintas. Itu pun terpaksa,” katanya.

“Sudah banyak kendaraan roda empat yang terbalik karena kondisinya yang rusak parah. Beberapa hari yang lalu sebuah truk yang melintas di Kampung Sola [Desa Ruan] lari mundur,” tambahnya.

Milianus Jegaut, warga Kampung Mela, Desa Persiapan Golo Lidi, berkata ketika musim hujan, jalan di wilayahnya “tampak seperti kali dan banyak batu yang terlepas.”

Kondisi jalan yang rusak parah, kata dia, membuat mobil jarang masuk ke desanya karena rawan kecelakaan. 

Ia merinci tiga tahun lalu mobil yang mengangkut penumpang ke pasar Borong pernah masuk jurang saat melintas di Ndeung, wilayah antara Kampung Pau dan Kampung Ngomong, Desa Ruan.

Setahun kemudian, kata dia, kejadian yang sama terjadi di desanya, tepatnya di Kampung Watu Ata.

Dua tahun lalu sebuah mobil mengalami kecelakaan di Kampung Watu Ata, Desa Persiapan Golo Lidi karena jalan yang rusak parah. (Dokumentasi warga)

Ongkos Angkutan Sesuaikan Kondisi Jalan

Majhos Mbaling berkata kerusakan yang kian parah sepanjang musim hujan membuat warga yang mayoritas berpenghidupan dari kebun menahan diri untuk menjual cengkih, kakao, kopi dan vanili ke Borong, ibu kota Manggarai Timur.

Warga, kata dia, lebih memilih menjual ke pengepul, kendati dengan harga yang lebih murah daripada di toko di Borong.

Pong Ruan dan Borong berjarak sekitar 23 kilometer, yang dapat ditempuh sekitar 25 menit bersepeda motor jika jalannya baik.

Dengan kondisi jalan yang rusak, warga harus turun di setiap bagian yang rusak dan berjalan kaki sebelum sampai ke Desa Golo Tolang. Jarak Pong Ruan ke Golo Tolang sekitar tiga kilometer.

Dari Desa Golo Tolang, mereka akan ke Borong. Ongkos ojek pergi-pulang berkisar Rp50 ribu-Rp100 ribu. 

Sementara bila menumpang pikap, warga harus mengeluarkan ongkos pergi-pulang antara Rp30 ribu-Rp50 ribu.

Nho berkata lantaran jalan rusak parah, perjalanan ke Borong membutuhkan waktu sekitar satu jam. 

“Kami sudah dari dulu merindukan jalan yang bagus,” katanya.

Karena selama ini pemerintah tutup mata, kata dia, “kami hanya pasrah saja dengan kondisi jalan yang ada sekarang.”

Milianus berkata beberapa tahun lalu warga pernah menanam pohon pisang di tengah jalan itu karena pemerintah tak kunjung memperbaikinya.

Ia berkata, “para pengguna jalan sangat mengharapkan Bupati Manggarai Timur memperhatikan jalan ini.

“Namun, sampai saat ini, [harapan itu] tidak pernah terjawab,” katanya.

Manggarai Timur dipimpin Bupati Andreas Agas, yang baru-baru ini mengakhiri jabatannya, digantikan Penjabat Bupati Boni Hasudungan.

Dihubungi Floresa pada 29 Maret melalui pesan WhatsApp tentang kemungkinan pemerintah memberi perhatian terhadap kondisi jalan itu, Boni tidak merespons.

Pesan itu bercentang dua, namun tidak kunjung dibalas hingga berita ini diterbitkan.

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini