Jakarta, Floresa.co – Keluarga Besar Maumere Jakarta Raya (KBM Jaya) mendorong inovasi sosial dalam rangka mengefektifkan pembangunan di Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). KBM Jaya menilai inovasi sosial merupakan solusi untuk mengatasi berbagai persoalan di Kabupaten Sikka.
Hal ini merupakan poin penting dalam diskusi KBM Jaya yang diselenggarakan di Margasiswa PMKRI, Jalan Samratulangi, Jakarta, Pada Sabtu (13/2/2016).
Diskusi yang bertajuk “Mai Ita Mogat Hama-Hama, Merajut Inovasi Membangun Masyarakat Kabupaten Sikka”, dihadiri oleh Blasius Bapa selaku ketua umum dan tokoh masyarakat Lio seperti Hendrik Gama dan Aleks Lakaduma.
Selain itu, hadir pula sejumlah mahasiswa Maumere di Jakarta dan anggota PMKRI.
Adapun pembicara yaitu Ekonom Universitas Indonesia Avanti Fontana, Dosen Ilmu Sosial dan Politik Widuri Jakarta, Prudensius Maring, Direktur KPPOD Robert Endi Jaweng dan Koordinator TPDI sekaligus advokat Petrus Selestinus.
Avanti Fontana menekankan pentingnya inovasi sosial untuk mengatasi permasalahan di Maumere, NTT. Menurutnya, invoasi sosial merupakan cara baru mengubah input menjadi output sedemikian rupa sehingga dihasilkan perubahan besar dalam perbandingan antara nilai manfaat dan harga atau pengorbanan menurut persepsi masyarakat atau komunitas atau pemangku kepentingan.
“Dengan inovasi sosial, kita bisa aplikasikan ide atau gagasan pengembangan produk baru atau modifikasi yang memberikan alternatif yang lebih baik dari saat ini untuk memecahkan masalah-masalah sosial seperti belum terpenuhinya atau tercukupinya kebutuhan sosial/masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, budaya, lingkungan dan/atau pelayanan sosial,” jelasnya.
Inovasi sosial ini lanjutnya, dapat dikaitkan dengan kapasitas sosial organisasi yang memiliki daya serap pengetahuan yang diperlukan dalam memaknai, menyesuaikan, mengubah dan memanfaatkan pengetahuan tentang kebutuhan atau masalah sosial untuk menghasilkan solusi yang berkelanjutan.
“Inovasi sosial merupakan prasyarat efektivitas pembangunan. Inovasi sosial merupakan faktor pendorong pembangunan di daerah,” tandasnya.
Terkait Kabupaten Sikka, NTT, dia menilai kapasitas sosial di sana menyangkut tiga aspek, yakni kapasitas sinergisitas antara pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat dalam proyek-proyek pembangunan dan kondisi yang kondusif berkelanjutan dalam merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi strategi inovasi sosial.
“Misalnya, pemerintah daerah Sikka menjadi fasilitator pengembangan dan pemberdayaan petani Kakao di Maumere dan masyarakat Maumere turut berpartisipasi sehingga Kakao tidak hanya dihasilkan oleh masyarakat Maumere, tetapi juga menjadi sumber daya alam yang bernilai sosial, kultural dan ekonomi. Dengan demikian, pembangunan di Maumere menjadi efektif,” pungkasnya.