Kapal Phinisi Patah Kemudi di Perairan TN Komodo, Otoritas Pelabuan Duga Sampah Jadi Pemicu

Kerusakan mesin dan hal-hal yang bersifat teknis diakui sering terjadi pada kapal wisata di Labuan Bajo karena berbagai faktor, termasuk masalah sampah.

Floresa.co – Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan [KSOP] Labuan Bajo belum mengetahui penyebab pasti insiden patah kemudi yang dialami sebuah kapal wisata baru-baru ini.

Kerusakan mesin atau hal-hal bersifat teknis lainnya, menurut salah satu pejabat di KSOP, sering dialami banyak kapal wisata.

Maxianus Moi, Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli pada Kantor KSOP Kelas III Labuan Bajo mengatakan belum mendapatkan keterangan dari nakodah Kapal Phinisi Dragonet 01 yang mengalami insiden patah kemudi pada Selasa, 11 Juli 2023.

“Tapi kerusakan mesin atau hal-hal yang bersifat teknis tentu sering dialami banyak kapal karena penyebabnya banyak,” ujar Moi kepada Floresa, Jumat, 14 Juli.

“Masalah patah kemudi bisa terjadi karena di laut kita saat ini kondisi angin dan hujan menyebabkan sampah dan dahan-dahan kayu serta banyak benda asing yang dibawa banjir sering jadi penyebab,” tambahnya.

Kapal Phinisi Dragonet 01 mengalami patah kemudi dalam pelayaran dari Pulau Padar ke Pulau Komodo. Saat kejadian pada sekitar pukul 11.00 Wita itu, kapal tersebut membawa 12 wisatawan dan satu pemandu wisata.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, namun para penumpang sedikit lemas setelah terombang-ambing sekitar satu jam di perairan Pulau Komodo Labuan Bajo, menurut keterangan Basarnas Maumere.

Berbeda dengan Moi, Iin dari bagian Humas Basarnas Maumere mengatakan gelombang laut yang tinggi menjadi pemicu insiden itu.

“Penyebab [Kapal Phinisi Dragonet patah kemudi] akibat gelombang tinggi,” katanya kepada Floresa, Selasa malam.

Moi tidak membantah klaim pihak Basarnas itu.

Namun, kata dia, berdasarkan pantauan BMKG wilayah Manggarai Barat, pada hari kejadian itu kondisi gelombang di perairan di wilayah itu “masih hijau, yang menunjukkan bahwa perairan kita aman.”

Maxianus Moi, Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli Syahbandar Labuan Bajo. (Foto: Jefry Dain/Floresa.co)

Meski kondisi perairan aman, ia mengatakan, pada hari insiden kapal wisata patah kemudi itu, pihaknya sudah mengimbau agar kapal yang berlayar ke Padar dibatasi karena “cuaca di selatan potensi gelombang.”

Merespons pertanyaan Floresa terkait kelayakan berlayar kapal Phinisi itu, Moi mengatakan, “kapal itu layak atau tidak, nakhoda yang memastikan.”

KSOP melalui Marine Inspektur, kata dia, hanya memeriksa seluruh persyaratan kelayakan untuk menerbitkan sertifikat keselamatan kapal setiap tiga bulan.

“Kalau kekurangan, maka tentu diperintahkan untuk segera dibenahi kekurangannya. Kalau tidak, Marine Inspektur tidak menerbitkan sertifikat keselamatan,” ujarnya.

Insiden patah kemudi yang dialami Kapal Phinisi Dragonet 01 menjadi perhatian karena mengancam keselamatan wisatawan di perairan Komodo dan sekitarnya.

Apalagi, kejadian kecelakaan kapal bukan sekali dua kali terjadi, tetapi sudah berulang kali.

Pada pertengahan Januari tahun ini, misalnya, sebuah kapal wisata yang mengangkut turis asing terbakar di perairan TN Komodo.

Para turis itu selamat, tetapi mereka mempertanyakan penanganan kasus tersebut, yang dituding memperlihatkan parahnya akuntabilitas dari otoritas setempat, termasuk KSOP dan polisi.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA