Penyakit Kulit Menyerang Anak-anak di Manggarai Timur, Pemerintah Diminta Segera Turun Tangan

Sudah lebih dari dua bulan penyakit kulit menyerang anak-anak di Manggarai Timur, tetapi upaya penanganan dari Dinas Kesehatan baru dilakukan di dua Puskesmas.

Baca Juga

Floresa – Sejumlah anak-anak di Borong, ibukota Kabupaten Manggarai Timur, terserang penyakit kulit. Pemerintah diminta segera mengambil langkah pencegahan, sebelum terjadi penularan yang lebih luas.

Seorang siswi SDK Rana Loba Borong yang sedang mengidap penyakit dengan gejala mirip kudis itu mengatakan, ia terserang penyakit tersebut sejak September 2023.

“Sekarang sudah dua bulan,” katanya saat ditemui Floresa di ruangan kepala SDK Rana Loba pada Rabu pagi, 1 November.

Siswi itu mengatakan, gejala awalnya adalah gatal-gatal, kemudian muncul ruam berbintik serta lepuhan kecil pada kulit.

“Rasanya panas. Dan kalau garuk akan terluka dan perih sekali,” katanya.

“Saya pernah tidak bisa tulis karena tidak bisa pegang bolpoin,” tambahnya.

Ia juga mengatakan, akibat penyakit kulit tersebut, “saya pernah tidak masuk sekolah.”

Saat ini, kedua tangan siswi tersebut sudah agak membaik setelah menggunakan obat herbal.

“Kami obat pakai Daun Afrika (vernonia amygdalina),” katanya.

Dikutip dari alodokter.com, kudis merupakan penyakit yang mudah menular, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Penyakit ini mudah menyebar, terutama jika ada kontak dekat antar manusia di suatu lingkungan.

Selain siswi itu, terdapat beberapa siswa-siswi lain di SDK Rana Loba yang terkena penyakit tersebut.

“Saya belum tahu persis berapa jumlah anak-anak yang kena penyakit kulit ini karena wali kelas mereka belum pernah malapor,” kata Falconieri Jemamu,  Kepala SDK Rana Loba.

Kendati demikian, katanya, ia akan segera berkoordinasi dengan UPTD Puskesmas Borong terkait penyakit yang menyerang sejumlah siswa-siswi di sekolah itu.

“Minimal petugas medis bisa datang lihat kondisi anak-anak ini,” katanya.

Selain di SDK Rana Loba, penelusuran Floresa, penyakit kulit itu juga menyerang sejumlah anak-anak di sekolah lain di kota Borong, seperti di SDI Peot.

“Di sekolah kami, sudah banyak teman-teman yang kena penyakit kulit itu,” kata seorang siswi SDI Peot, tanpa merinci jumlah rekannya itu.

Sementara itu, Yohanes Banis [68], warga Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara mengatakan, penyakit serupa juga menyerang anak-anak di desanya.

“Sudah banyak anak-anak yang kena [penyakit kulit] itu di sini,” katanya kepada Floresa, Rabu siang.

Ia mengatakan, penyakit kulit itu menyerang anak-anak di wilayahnya sejak Agustus 2023.

“Sampai saat ini, belum ada upaya penanganan dari lembaga kesehatan,” katanya.

Senada dengan Falconieri, Yohanes meminta agar Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur segera turun tangan mengatasi penyakit tersebut.

 “Supaya tidak terjadi penularan yang lebih luas,” katanya.

Dokter Surip Tintin, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur mengatakan penyakit yang menyerang anak-anak tersebut adalah scabies atau kudis.

Saat ini, kata dia, Dinas Kesehatan sudah mulai menangani penyakit itu, di mana sudah dilakukan pembagian obat di dua wilayah kerja Puskesmas, yaitu di Mano dan Lalang.

“Kalau ada lokasi [yang terjangkit] baru, bisa informasi ke Puskesmas terdekat atau langsung ke saya,” katanya.

Apa Penyebabnya?

Dilansir dari alodokter.com, kudis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau ini mengeluarkan air liur, telur, dan kotoran. Hal tersebut memicu respons dari sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan gatal.

Tungau kudis adalah parasit yang tinggal di lapisan kulit yang dalam. Hal ini membuatnya kebal terhadap sabun dan air panas, serta tidak akan hilang jika kulit hanya digosok-gosokkan. Tanpa penanganan yang tepat, tungau akan terus berkembang biak dan siklus perkembangan tungau akan terus berlanjut.

Tungau Sarcoptes scabiei tidak bisa terbang atau melompat sehingga penularannya hanya dapat terjadi melalui dua cara yaitu kontak langsung dan tidak langsung.

Tungau dapat menular dengan mudah melalui kontak langsung dengan penderita kudis, seperti pegangan tangan dalam waktu yang lama atau hubungan seksual. Namun, kontak fisik yang singkat, seperti berjabat tangan atau berpelukan, hanya berpotensi kecil menularkan tungau.

Meski jarang, tungau juga bisa menular melalui kontak tidak langsung, misalnya ketika berbagi penggunaan pakaian, handuk, atau tempat tidur dengan penderita kudis. Hal ini dapat terjadi karena tungau bisa menetap selama 2–3 hari di benda tertentu.

Bayi dan anak-anak merupakan salah satu kelompok yang punya resiko tinggi terserang kudis.

Bagaimana mencegahnya?

Karena penyebaran scabies sangat cepat, rumah dan lingkungan sekitar perlu dibersihkan. Tujuannya adalah untuk membunuh tungau yang mungkin terdapat pada benda-benda di sekitar pasien. 

Upaya yang perlu dilakukan antara lain membersihkan barang-barang di rumah, seperti mainan, boneka, lantai, dan pakaian dengan disinfektan; mencuci baju, sprei dan sarung bantal dengan air panas; membersihkan karpet dan alas kaki; merendam tungau yang masih hidup ke wadah tertutup yang berisi alkohol; dan membungkus pakaian, selimut, sprei, dan bantal ke dalam plastik kedap udara bila tidak digunakan.

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan di kulit yang diduga sebagai tanda penyakit kudis. Selain kudis, keluhan tersebut juga bisa disebabkan oleh kondisi kulit lain. Maka dari itu, dokter akan membantu menemukan penyebab pasti sekaligus menentukan penanganan yang tepat untuk Anda.

Jika Anda telah melakukan kontak erat dengan penderita scabies, periksakan diri ke dokter meski belum ada gejala yang muncul di kulit. Pemeriksaan dan penanganan lebih awal dapat membantu meredakan gejala yang mungkin muncul di kemudian hari

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini