Floresa.co – “Menipu orang tua untuk datang wisuda, padahal kenyataannya tidak pernah terdaftar di kampus sebagai mahasiswa adalah benar-benar perilaku durhaka dan tidak tahu berterima kasih,” demikian status di akun Facebook salah satu pimpinan Universitas Katolik Indonesia [Unika] St. Paulus Ruteng, Flores.
Ia menambahkan; “Tuhan beri kekuatan untuk orang tua yang tulus ini.”
Pemilik status itu adalah Marsel Ruben Payong, Wakil Rektor 1 di kampus milik Keuskupan Ruteng itu.
Ia menulis status pada Sabtu malam 11 November, beberapa jam usai kampusnya menggelar acara wisuda untuk 752 mahasiswa.
Marsel mengatakan kepada Floresa pada 12 November, status itu berkaitan dengan ayah dari seseorang yang mengaku sebagai salah satu dari peserta wisuda.
Namun, kata dia, ternyata yang bersangkutan membohongi orang tuanya.
Ia mengatakan orang tuanya hadir saat acara wisuda dan kaget mendapati anaknya ternyata tidak ada dalam daftar peserta.
“Kasihan orang tuanya,” kata Marsel.
“Tadi malam [Sabtu, 11 November], panitia [wisuda] lacak dan ketemu yang bersangkutan. Ia berasal dari Dampek, Manggarai Timur,” katanya.
Ia menjelaskan dari hasil penelusuran pihak kampus, yang bersangkutan memang pernah mendaftar sebagai calon mahasiswa pada 2019.
Namun, katanya, dia tidak mengunggah berkas persyaratan sebagai calon mahasiswa, sehingga tidak terdaftar resmi.
“Ayahnya tidak tanya karena percaya begitu saja pada anaknya. Apalagi anaknya selalu bikin status [sedang berada] di kampus,” katanya.
Marsel mengatakan, “ayahnya kerja di Maumere, sebagai [pekerja] serabutan.”
Floresa sudah mengidentifikasi dan mengecek akun media sosial anaknya itu, yang memang terlihat mengunggah foto-foto sedang berada di Unika St. Paulus.
Status Facebook Marsel telah dikomentari lebih dari 100 kali dan dibagikan puluhan kali.
Dalam unggahannya, Marsel menyertakan informasi tentang cara mengecek status kuliah para mahasiswa, yaitu dengan membuka situs Pangkalan Data Perguruan Tinggi [PD Dikti].
Orangtua atau wali, katanya, bisa mengetik nama mahasiswa pada bagian pencarian.
“Jika terdaftar maka akan keluar nama mahasiswa dan kampus di mana dia kuliah. Lalu, klik nama mahasiswa tersebut dan akan muncul statusnya, baik aktif maupun tidak aktif, berikut semester-semester yang telah ditempuh,” tulisnya.
“Data itu akan muncul. Dengan demikian dapat diketahui, pada semester berapa saja dia aktif dan pada semester berapa yang bersangkutan tidak aktif.”
Ia menambahkan, “mohon tidak percaya begitu saja status-status mereka di media sosial karena ada yang hanya datang foto-foto di kampus, pamer jas alma mater, dan lain-lain.”
Marsel berkata kepada Floresa, sebetulnya selama ini pihak kampus telah melakukan upaya pemantauan dan himbauan terkait status mahasiswa melalui Pembimbing Akademik.
Setiap awal semester, kata dia, kampus juga melakukan validasi Kartu Rencana Studi dan merilis nama-nama mahasiswa yang tidak registrasi sehingga tidak aktif.
Untuk mahasiswa yang tidak aktif, kata dia, Ketua Program Studi bersama Pembimbing Akademi mencari tahu mahasiswa bersangkutan melalui teman-teman, termasuk melalui jalur paroki.
“Mahasiswa sudah diingatkan jika dua semester berturut-turut tidak aktif atau tidak melakukan registrasi, maka akan diproses untuk DO (drop out),” katanya.
“Sebelum DO, ada pengumuman terbuka melalui media atau Grup WhatsApp atau melalui nomor ponsel yang digunakan untuk mendaftar masuk pertama kali,” tambahnya.
Ia mengatakan, data terkait data akademik mahasiswa sebetulnya juga ada di Siakad atau Sistem Informasi Akademik dan semua mahasiwa memiliki akun masing-masing, “tetapi tidak semua mahasiswa berikan akunnya ke orang tua.”
“Kalau tahu NPM [Nomor Pokok Mahasiswa]-nya bisa masuk dan cek statusnya termasuk status pembayaran [uang kuliah],” katanya.
Namun, paling gampang, kata Marsel adalah melalui PD Dikti karena data “yang ada di PD Dikti sama dengan di kampus.”
“Bedanya, tidak ada status pembayaran uang kuliah di PD Dikti,” katanya.