Floresa.co – Seorang warga sebuah desa di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur menutup aliran air pada pipa jaringan air bersih ke desanya lantaran kesal karena pemerintah desa belum menuntaskan pengerjaan proyek itu.
Thomas Jemahu, 42 tahun, warga Desa Benteng Wunis, Kecamatan Lamba Leda Timur itu menutup aliran air pada pipa yang mengalirkan air dari mata air yang berada di lokasi kebunnya, sejak dua minggu lalu.
“Saya tutup karena tidak sesuai kesepakatan bahwa air akan dialirkan ke kampung-kampung untuk dinikmati semua warga,” kata Thomas kepada Floresa melalui sambungan telepon pada Senin sore, 27 November.
Ia mengatakan, proyek jaringan air bersih yang bersumber dari dana desa yang dikerjakan sejak 2022 itu hingga kini belum dinikmati warga karena pengerjaannya belum tuntas.
Thomas mengatakan, Pemerintah Desa Benteng Wunis mendatangi rumahnya pada akhir 2021, memohon izin agar menggunakan air dari mata air yang ada di kebunnya yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari pemukiman warga.
“Waktu itu, mereka bawa satu botol tuak dan uang Rp250 ribu,” katanya.
Ia mengatakan, “saya beri [izin] karena untuk kepentingan semua masyarakat desa.”
“Perjanjiannya waktu itu, pemilik mata air pasang keran pribadi di rumah. Tapi, sampai sekarang, jangankan untuk keran pribadi, air untuk masyarakat secara umum saja belum sampai di kampung,” katanya.
Seorang warga Benteng Wunis lainnya membenarkan cerita Thomas, menyebut proyek itu “belum tuntas.”
“Mereka juga hanya bangun bak di mata air. Tidak ada bangun bak baru,” katanya.
Pemerintah Desa Benteng Wunis, kata sumber itu, “menggunakan bak reservoir bekas proyek air dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur.”
“Padahal anggarannya itu dua Rp 200 juta lebih,” kata sumber yang meminta identitasnya disembunyikan itu.
Floresa sudah berupaya untuk menghubungi nomor Yosep Hamanto Pratikno, Kepala Desa Benteng Wunis untuk mengonfirmasi terkait proyek ini. Pesan konfirmasi yang dikirim melalui nomor WhatsAppnya, belum ditanggapi.
Sementara Thomas mengatakan ia menutup air itu, “bukan untuk larang” mengambil air dari kebunnya itu.
“Kapan mereka kerja tuntas, saya akan buka lagi,” katanya.
Sekarang, katanya, tidak ada kegiatan untuk melanjutkan pengerjaan proyek air tersebut.
“Bahkan ketika air saya tutup, mereka tidak cari tahu,” katanya.
Ia berharap, Pemerintah Desa Benteng Wunis segera melanjutkan pengerjaan proyek itu, sehingga semua warga tidak sulit lagi mengakses air bersih.
“Tolong kalau boleh penegak hukum buka mata dan cek langsung proyek ini,” katanya.