Floresa.co – Seorang imam Katolik di Keuskupan Ruteng, Flores muncul ke publik memberi klarifikasi terkait kabar yang menyebut ia punya “hubungan khusus” dengan umat di parokinya, seorang perempuan yang bersuami.
Dalam sebuah surat sepanjang dua halaman yang diperoleh Floresa pada 26 April, Romo Agustinus Iwanti, yang kini sudah diberhentikan dari Pastor Paroki St. Yosef Kisol, menyatakan klarifikasi itu untuk “menerangkan tentang kronologis peristiwa yang menimpa saya yang saat ini sedang diperbincangkan di media sosial, pun di tengah umat.”
Imam itu ramai diberitakan sejumlah media lokal di Flores pada 25 April bahwa ia ‘berhubungan’ dengan seorang perempuan di parokinya.
Kejadian itu dilaporkan terjadi di rumah perempuan tersebut, yang membuat ia dikejar oleh suami perempuan itu pada 24 April dini hari.
Kasus ini membuat ia langsung diganti dari jabatannya sebagai pastor paroki.
Isi Klarifikasi
Dalam klarifikasinya, Agustinus tidak secara eksplisit membantah pemberitaan yang menyebut ia ‘berhubungan’ dengan perempuan itu, namun menceritakan kronologi peristiwa, mulai dari sehari sebelum kejadian.
Ia menjelaskan, semenjak bertugas di Paroki St. Yosef Kisol pada pertengahan tahun 2022, ia “memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga” dari perempuan yang dituding ‘berhubungan’ dengannya.
Ia menggambarkan relasi itu “layaknya keluarga sendiri.”
Kedekatan dengan mereka, katanya, ditandai dengan “mereka sekeluarga sering mengunjungi saya di pastoran dan sebaliknya saya bersama semua anggota pastoran mengunjungi mereka.”
Dalam urusan keluarganya di Lengko Elar, kampungnya di Kecamatan Elar, kata Agustinus, “mereka sering hadir dan mengambil bagian.”
“Bahkan mereka menitipkan anak mereka di pastoran untuk bantu-bantu dalam urusan rumah tangga pastoran,” jelasnya.
Imam itu menjelaskan, pada 23 April 2024 pukul 17.30 Wita, ia dan suami perempuan itu saling berkomunikasi lewat WhatsApp “seperti biasa” dan menjanjikan untuk makan bersama di rumah mereka pada hari itu.
Pada malamnya, kata Agustinus, ia bersama dengan anggota pastoran, termasuk anak dari keluarga tersebut makan malam di rumah itu, lalu bincang-bincang hingga larut malam.
Sekitar pukul 01.00 Wita pada 24 April, katanya, ia mengklaim membangunkan anggota pastoran untuk kembali ke pastoran.
Namun, jelasnya, saat itu, keluarga tersebut meminta mereka menginap, yang kemudian diiyakan.
Ia mengaku langsung “tertidur lelap dalam kamar dengan kondisi pintu terbuka, hanya ditutupi kain tirai.”
Namun, jelasnya, pada pukul 02.00 Wita, ia terbangun “karena dikagetkan dengan teriakan makian” dari suami perempuan itu sambil “mengancam mengambil parang.”
Imam itu mengaku “bingung dengan keadaan sekejap itu.”
Ia berkata perempuan itu ada di kamarnya “dengan kondisi berbusana lengkap, dan tiba tiba dia lari ke luar.”
Masih dalam keadaan syok, katanya, ia berusaha menenangkan kepala keluarga.
“Saat itu saya masih dalam keadaan berpakaian lengkap, ditambah kain selimut,” katanya.
Ia menjelaskan, karena teriakan keras “berupa makian-makian dan ancaman untuk membunuh, semua orang dalam rumah ikut bangun dan ikut panik.”
“Supaya tidak terjadi keributan besar, saya dan semua anggota pastoran segera meninggalkan rumah itu dan balik ke pastoran,” katanya.
Dalam perjalanan pulang itu, ia mengaku dihubungi perempuan tersebut yang menangis dan ketakutan, “minta bantuan dijemput.”
Mempertimbangkan keselamatan perempuan itu, kata Agustinus, ia dan bersama anggota pastoran, “kembali menjemput dia di pertengahan jalan, agak jauh dari rumahnya, lalu kami bersama-sama dalam satu mobil menuju pastoran.”
Agustinus berkata, “demi keselamatan diri saya dengan karyawan,” pada 24 April pukul 08.00 Wita, ia “meninggalkan pastoran dan ke luar dari kota Borong.”
Klarifikasi Agustinus diakhiri dengan permintaan maaf kepada Uskup Ruteng, Siprianus Hormat, para imam lain, keluarganya, umat paroki dan seluruh umat lain “yang terganggu karena peristiwa ini.”
“Saya sangat memohon doa dan dukungannya agar persoalan ini cepat terselesaikan dengan baik sehingga saya bisa bertugas kembali. Terima kasih,” tulisnya.
Versi Lain Kasus Ini dari Internal Gereja
Seorang sumber Floresa di internal Keuskupan Ruteng menyebut kasus ini dilaporkan oleh suami perempuan itu pada 24 April malam ke pimpinan gereja.
Sumber itu menerangkan, Agustinus tidak membantah soal “hubungan khusus” itu, yang membuatnya langsung diganti dari jabatannya.
Kini, Paroki St. Yosef Kisol dipimpin sementara oleh Vikaris Episkopal Borong, Romo Simon Nama, Pr sebagai administrator. Vikaris Episkopal merupakan jabatan setara wakil uskup yang membawahi sejumlah paroki di wilayah tertentu.
Menurut sumber itu, suami perempuan itu meminta Agustinus bertanggung jawab.
Sumber itu mengaku terkejut dengan isi klarifikasi Agustinus yang ia sebut ‘bisa memicu masalah baru’ karena seolah-olah membantah semua laporan ‘hubungan khusus’ dengan perempuan bersuami itu.
Sumber itu menyebut kasus ini sebetulnya sudah menjadi desas-desus di kalangan umat paroki beberapa bulan lalu, dan ada yang telah menginformasikannya kepada pimpinan gereja.
Namun, Agustinus hanya ditegur, “karena belum ada bukti yang valid untuk mengambil tindakan atasnya,” kata sumber itu.
Sumber itu berkata, kini Keuskupan Ruteng sedang menangani kasus ini, dengan fokus merespons laporan suami perempuan itu, juga mengambil tindakan untuk Agustinus.
Sabinus, salah satu umat Paroki Kisol berkata tidak pernah menyangka peristiwa ini terjadi di parokinya.
“Kenapa harus terjadi di Paroki Kisol?” katanya kepada Floresa.
Ia berkata peristiwa ini membuatnya kecewa, namun berharap Gereja Katolik bisa belajar untuk melakukan pembenahan internal dan mengambil langkah-langkah penyelesaian yang bijak.
Editor: Herry Kabut