Warga Sano Nggoang di Manggarai Barat Protes Pengerjaan Jembatan Tanpa Papan Proyek, Khawatir Bakal Mangkrak Lagi

Papan proyek penting agar warga bisa mendapat informasi rinci dan mengontrol pengerjaannya

Floresa.co – Warga di Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat mempersoalkan pengerjaan lanjutan jembatan tanpa papan proyek, membuat mereka kesulitan untuk mengontrol kualitasnya.

Mereka mengaku khawatir jika tidak dikontrol pengerjaannya akan mengkrak lagi seperti yang terjadi pada tahun lalu.

Proyek jembatan di Kali Wae Jereng, Desa Watu Panggal itu dikerjakan oleh CV Wira Citra Pratama, kontraktor berbasis di Kelurahan Mbaumuku, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.

Merujuk pada data Layanan Pengadaan Secara Elektronik [LPSE], pagu proyek itu Rp800 juta, bersumber dari APBD 2024.

Kali Wae Jereng yang selebar delapan meter menghubungkan Desa Watu Panggal dan Desa Sano Nggoang. Kali itu juga sering dilintasi warga dari dua desa lainnya – Golo Manting dan Golo Sengang.

Muhammad Yakub, warga Desa Golo Manting berkata, pengerjaan lanjutan jembatan itu mulai tampak semenjak dua pekan lalu, yang ditandai mobilisasi alat berat dan aktivitas para pekerja. 

Ia sempat bertemu beberapa pekerja ketika hendak ke Werang, ibu kota kecamatan pada 16 Agustus.

Kepada Muhammad, para pekerja menyebut mereka mengerjakan beberapa item, mulai dari pembangunan tembok penahan tanah, sayap jembatan sebelah-menyebelah dan pengerjaan gelagar.

Para pekerja, kata dia, sudah menyelesaikan penimbunan tanah di dua sisi jembatan menggunakan ekskavator. 

Mereka mengklaim progres pengerjaan tembok penahan tanah sudah mencapai 40 persen.

Tak melihat satu pun papan informasi di lokasi proyek, Muhammad lantas bertanya ke pekerja, yang dijawab “bukan urusan kami.”

“Kami hanya bekerja di sini,” kata para pekerja kepada Muhammad.

Dikonfirmasi Floresa pada 23 Agustus, Yosep Suhandi, Kepala Dinas Bina Marga, Bina Konstruksi dan Perhubungan Kabupaten Manggarai Barat menyatakan, pengerjaan jembatan itu bermula dua pekan silam.

Ia berkata proyek itu akan berlangsung sampai Desember.

“Pokoknya selesai tahun ini” karena “yang dikerjakan hanya bangunan atas.”

Jembatan itu sempat dikerjakan tahun lalu, namun hanya bagian bawahnya, karena pemerintah mengklaim ada keterbatasan anggaran. Proyek tahun lalu dengan anggaran Rp793 juta dikerjakan oleh CV Gladiol, kontraktor berbasis di Cumbi, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. 

Yosep berkata, soal pemasangan papan proyek yang diprotes warga akan ditindaklanjuti Pejabat Pembuat Komitmen [PPK], Jefri Saviano Radom.

“Pasti nanti mereka pasang papan nama proyek,” katanya. 

Berdasarkan informasi pada LPSE, kontrak proyek ini diteken pada 26 Juli, tetapi PPK disebut “belum menyelesaikan proses pembuatan Surat Penunjukan Penyedia Barang dan Jasa [SPPBJ].”

Dalam dokumen uraian singkat tentang paket pekerjaan yang ditandatangani Jefri, disebutkan “jangka waktu penyelesaian proyek jembatan itu adalah 150 hari kalender kerja.”

Jihat Akbar, warga Desa Golo Sengang berkata, “papan informasi proyek seharusnya terpancang di lokasi pengerjaannya.”

Papan informasi menjadi penting karena menyangkut transparansi anggaran, sehingga “warga dapat memperketat pengawasan terhadap proyek itu.”

“Biar tidak dikira proyek fiktif,” katanya.

Akbar juga mendesak PPK segera menyelesaikan pembuatan SPPBJ supaya “tak muncul penyimpangan yang berujung pada mangkraknya proyek.”

Akbar berharap proyek itu “tidak dijadikan upaya mengelabui daya kritis warga demi memuluskan hasrat politik, termasuk mendulang suara dalam pilkada mendatang.”

Pembangunan jembatan bermula pada “musim pemilihan legislatif, tetapi setelah itu dihentikan, lalu kembali terlihat pada musim pilkada” yang akan digelar November mendatang.

“Coba lihat nanti setelah pilkada, apakah masih akan diperhatikan?,” katanya.

Pada awal bulan ini, warga sempat mengkritisi Ketua DPRD Manggarai Barat, Martinus Mitar yang dua tahun lalu menjanjikan pembangunan jalan dan jembatan. Janji itu ia sampaikan saat reses di Kampung Leheng, Desa Golo Sengang.

Mereka menyebutnya sebagai janji bohong, karena jalan tidak direalisasikan, sementara proyek jembatan mangkrak pada tahun lalu.

Muhammad Yakub pun berharap proyek jembatan bisa dikerjakan hingga tuntas.

Ketika jembatan itu mangkrak, pada musim penghujan, “kami harus antre berjam-jam agar bisa melintasi Kali Wae Jereng,” menunggu air menyurut.

Pembangunan lanjutan jembatan itu “harus menjadi prioritas demi mempermudah akses warga ” yang selama ini memasarkan panenan beras, kemiri dan kakao ke Pasar Werang.

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA