Tanaman Sayur Gagal Panen karena Kekeringan, Petani di Sikka Hanya Bisa Pasrah

Air untuk kebutuhan rumah tangga susah, apalagi untuk menyiram tanaman, kata warga

Floresa.co – Theodorus Laurens, 31 tahun, mencabut satu per satu sayuran yang layu dan mengering pada beberapa bedeng di pekarangan rumahnya. 

Ia berkata, sawi putih dan beberapa sayuran lainnya seperti bayam dan kangkung tidak akan bisa bertahan hidup karena hujan tak kunjung turun.

Sementara tomat yang ditanam di atas lahan seluas setengah hektar dekat rumahnya juga kelihatan layu.

Warga Kampung Lirikelan, Desa Wuliwutik, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka itu berkata, ia sempat berharap mendapat air dari saluran pipa air di rumahnya.

Namun, katanya kepada Floresa pada 5 Oktober, air dari saluran itu tidak mengalir setiap saat dan debitnya sangat kecil.

“Kami hanya terima tetesan air dari pipa,” katanya.

Ia pun memilih memprioritaskan air untuk konsumsi dan kebutuhan rumah tangga lainnya, termasuk untuk mandi dan cuci.

“Musim kering memang terjadi setiap tahun dan kami biasanya mengalami kekurangan air,” katanya.

Namun, “kali ini, untuk kebutuhan rumah tangga saja tidak cukup, apalagi untuk kebun sayur.”

Tanaman tomat di lahan seluas dua hektare milik Theodorus Laurens dan Silvester Arifin yang gagal pane. (Maria Margaretha Holo/Floresa)

Silvester Arifin, ipar Theodorus, berkata, sudah tiga minggu terakhir ia dan Theodorus tak lagi menyirami tanaman tersebut.

Keduanya yang sama-sama mengelola kebun sayur itu sempat berupaya membeli air dari sebuah mobil tangki keliling pada awal musim kemarau Juni lalu. Satu tangki seharga Rp200.000.

Namun, kata Arifin, air satu tangki tidak cukup untuk menyiram semua tomat dan sayuran lainnya.

“Jadi, kami putuskan untuk tidak lanjutkan,” katanya.

Sambil memandang sayuran yang layu, Arifin berkata, “sebentar lagi mau musim panen tomat. Kami rugi sepuluh sampai dua puluhan juta.”

Ia berkata, tomat dan sayuran itu biasanya dijual di Pasar Alok dan pasar-pasar tradisional di sekitar kota Maumere.

“Kali ini, saya dan Theodorus tidak jual apa-apa ke pasar,” katanya.

Margaretmus Fanimus, 54 tahun, petani terdampak lainnya mengaku setengah hektar tanaman tomatnya kini mengalami kekeringan dan sama sekali tak dapat dipanen.

Ia menduga, rusaknya tanaman itu bukan hanya karena kekeringan, tetapi juga karena cuaca panas.

Dugaannya mengacu pada pengalaman ketika ia berusaha menyiramnya dengan air yang dibeli dari mobil tangki, berharap masih tetap bisa panen.

Namun, daun dan batang tanaman mulai layu dan kering, sementara buah tomat menguning dan rusak.

“Jadi bukan hanya persoalan air saja,” duganya, “cuaca ini panas sekali sehingga tanaman-tanaman tidak tumbuh dengan baik.”

Ia mengaku “tidak tahu bagaimana menghadapi hal-hal semacam ini.”

Buah tanaman tomat yang rusak. (Maria Margaretha Holo/Floresa)

“Apakah ini semata karena kekurangan air atau faktor cuaca yang membawa serta penyakit pada tanaman sayur,” katanya, “atau mungkin karena paparan sinar matahari yang terlalu menyengat sehingga sayur sama tomatnya mengering.”

Sama halnya dengan Theodorus dan Arifin, ia mengaku hanya bisa pasrah “karena sudah tidak bisa cari jalan keluarnya.”

“Lagian ini terjadi pada semua petani yang menanam sayur di daerah sini,” kata Fanimus.

“Kita hanya berharap kali berikut iklimnya bersahabat dengan kita sehingga pasokan air pun memadai untuk kebutuhan tanaman.”

Fanimus juga berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah untuk mengatasi persoalan ketersediaan air di daerahnya.

Margaretmus Fanimus dan Silvester Arifin mengaku hanya bisa pasrah menghadapi situasi ini. (Maria Margaretha Holo/Floresa)

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Yohanes Emil Satriawan berkata kepada Floresa,  ia belum mendapat laporan gagal panen para petani.

Ia hanya berkata, kali ini kemarau panjang terjadi hampir di seluruh wilayah NTT yang menyebabkan debit mata air berkurang dan kekeringan dimana-mana.

Di Sikka, wilayah terparah, katanya, termasuk di Magepanda.

Emil berjanji, jika mendapat laporan dari petani soal gagal panen, “pihak kami akan menindaklanjuti,” kendati tak  menjabarkan lebih rinci bentuk aksi tindak lanjut itu.

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

TERKINI

BANYAK DIBACA

BACA JUGA