Forum untuk Dorong Transformasi Sistem Pangan Inklusif dan Berkelanjutan Diluncurkan di Manggarai Barat

Salah satu tujuan inisiatif ini adalah untuk pelestarian pangan lokal

Floresa.co – Konsorsium sejumlah organisasi nirlaba yang fokus pada isu pangan baru-baru ini meluncurkan sebuah forum di Kabupaten Manggarai Barat untuk mendorong transformasi sistem pangan yang inklusif dan berkelanjutan di tengah kondisi krisis iklim global.

Konsorsium Pangan Bernas, melalui program yang didukung Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial [Humanis], meluncurkan Forum Multipihak Sistem Pangan pada 16 Oktober, bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia.

Anggota forum terdiri dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia [KEHATI], Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan [KRKP] dan Yayasan Komodo Indonesia Lestari [YAKINES].  Anggota lainnya adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat,  komunitas-komunitas lokal, orang muda, wirausaha dan akademisi.

Lewat sebuah pernyataan tertulis, Koalisi Pangan Bernas menyatakan pembentukan forum ini “menjadi bagian dari wujud optimisme dalam menjawab tantangan krisis iklim melalui transformasi sistem pangan yang inklusif dan berkelanjutan.”

Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto yang hadir secara daring dalam peluncuran forum tersebut berkata, setiap pihak memiliki tanggung jawab dalam membangun kemandirian pangan, termasuk di Manggarai Barat.

“Pengembangan ekosistem pangan dari hulu sampai hilir dan harus menjadi tanggung jawab bersama,” katanya.

Ia berharap forum tersebut dapat menjadi “ruang untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan inovasi di bidang pertanian dan pangan yang unggul, adil, inklusif, dan berkelanjutan.”

Sementara Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat, Fransiskus Sales Sodo yang didaulat menjadi ketua forum ini berkata, kerjasama secara kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan merupakan hal penting demi keberhasilan inisiatif ini.

“Kuncinya adalah transparansi serta akuntabilitas. Selanjutnya, kita bisa mengarahkan dan mendorong orang muda, pemerintah hingga sampai pada kecamatan dan desa,” katanya.

Fransiska Roveinita, salah seorang perwakilan kaum muda berkata, “besar harapan kami, dengan kehadiran forum multipihak ini semakin banyak orang muda yang terlibat dalam pelestarian pangan lokal kita.”

“Makanan yang ada di piring kita adalah hasil kerja keras luar biasa yang dilakukan oleh para petani,” katanya, karena itu “mari bersama-sama kita melakukan sesuatu untuk sistem pangan Manggarai Barat yang lebih baik lagi.” 

Peluncuran forum tersebut diadakan dalam rangkaian kegiatan selama dua hari, dimulai dengan pameran pangan lokal dan UMKM, seminar dan diskusi pada 15 Oktober, bagian dari edukasi terkait keberlanjutan lingkungan.

Forum ini dibentuk atas dukungan program Urban Futures yang dikelola Yayasan Humanis, sebuah program global yang memadukan sistem pangan perkotaan, kesejahteraan orang muda, dan aksi iklim. 

Kabupaten Manggarai Barat adalah satu dari dua wilayah di Indonesia yang menjadi lokasi implementasi program tersebut, yang secara resmi diatur dalam Keputusan Bupati Manggarai Barat Nomor 253/KEP/HK/2024.

Dalam rancangan kerja tahun 2025, forum tersebut terbagi dalam tiga kelompok kerja, yakni bidang komunikasi, koordinasi dan dialog, bidang kebijakan dan program, dan bidang manajemen informasi dan pengetahuan.

Selain Manggarai Barat, wilayah lainnya dari program tersebut adalah Bandung di Provinsi Jawa Barat.

Anisa Nurkasanah dari Konsorsium Pangan Bernas menyatakan, forum tersebut mengagendakan kerjasama antarkelompok yang tergabung di dalamnya, termasuk mengimplementasikan program ketahanan pangan dalam agenda kerja dinas-dinas di Manggarai Barat.

“Misalnya, dari anggota forum yang berlatar belakang akademisi akan mengusulkan kurikulum pangan lokal dan Dinas Perdagangan mengagendakan [pembuatan] web untuk pemasaran hasil pertanian,” katanya kepada Floresa pada 21 Oktober.

Ia juga mengatakan program dinas-dinas belum tersusun secara terperinci dan baru sampai pada tahap perumusan rencana kerja untuk tahun depan.

Sedangkan jangka waktu implementasi program Urban Futures, kata Anisa, adalah dari tahun 2024 hingga 2026.

Terkait alasan memilih Manggarai Barat sebagai wilayah implementasi program, ia berkata, alasan utamanya adalah status Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super premium yang dihantui oleh kondisi “kerentanan pangan”.

“Ada kekhawatiran terkait ketersediaan pangan, mengenai limbah pangan dari hotel, restoran dan kafe,” katanya.

Ia menambahkan, lemahnya partisipasi masyarakatnya dalam mengatasi persoalan pangan juga menjadi salah satu faktor pemicu memilih daerah di ujung barat Flores ini.

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA