Floresa.co – Salah satu SD Katolik di Kabupaten Manggarai Timur, NTT yang berusia hampir 60 tahun menanti upaya perbaikan gedung yang rusak saat longsor akhir tahun lalu.
Yayasan Katolik yang menaungi sekolah itu mengklaim tidak punya dana, sementara pemerintah menyebut perbaikan kemungkinan baru bisa tahun depan.
Tiga dari lima ruang kelas SD Katolik Pesi di Desa Golo Ndari, Kecamatan Lambaleda Selatan tidak lagi dipakai setelah fondasi di dalam dan bagian depan ruangan terbelah dan turun karena longsor pada 4 Desember 2024.
Rofinus Haman, kepala sekolah itu yang berbicara kepada Floresa pada 19 Maret berkata, setelah kejadian itu mereka hanya menggunakan dua ruang kelas dan satu ruang perpustakaan untuk menampung 71 siswa yang terdiri atas enam rombongan belajar.
“Tiga ruangan terdampak longsor sama sekali tidak bisa dipakai lagi,” katanya.
“Ruangan-ruangan itu memang sudah sering kami usulkan untuk direhabilitasi karena kalaupun tidak ada bencana longsor, bangunannya sudah tidak layak dan rawan runtuh,” lanjutnya.
Sekolah itu memiliki lima ruang kelas. Kelimanya terdapat di satu unit gedung beton permanen yang mencakup dua ruang kelas, dan satu unit semi-permanen atau setengah tembok yang terdiri atas tiga ruang kelas.
Untuk mengatasi kekurangan ruang kelas, kata Rofinus, mereka memakai satu unit ruang perpustakaan.
Dua ruang kelas yang tersisa pasca longsor adalah yang “beton permanen, ditambah ruang perpustakaan.”
Ruang-ruang tersisa itu juga terkena longsor, meski masih bisa digunakan.
“Kami membuat sekat di dalam ruangan-ruangan itu, masing-masing dua rombongan belajar di dua ruang kelas tersisa dan dua rombongan di ruang perpustakaan,” kata Rofinus.
Rofinus berkata, pada 5 Desember 2024, pihaknya telah melaporkan berita acara bencana longsor tersebut secara tertulis ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga [PPO], Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] dan Sekretariat Daerah di Borong, ibukota Kabupaten Manggarai Timur.
“[Laporan] ke yayasan tanggal 8 Januari,” katanya, merujuk Yayasan Sekolah Umat Katolik Manggarai Timur atau Yasukmatim yang berbasis di Golo Lada, Borong.
Yayasan Tidak Punya Dana
Saat dihubungi Floresa pada 20 Maret, Romo Simon Nama, Ketua Yasukmatim mengaku sudah mengetahui kerusakan sekolah itu.
Namun, kata dia, yayasan tidak memiliki dana untuk memperbaikinya.
“Betul kita pemilik [sekolah], tetapi kalau Dinas PPO tidak punya uang, apalagi kami di sini,” katanya.
Sukma, kata dia, adalah singkatan dari ‘sekolah umat katolik’, “sedangkan kami ini hanya lembaga untuk memayungi saja sebagai yayasan.”
“Omong perbaikan itu kan urusan orang tua murid, urusan kepala sekolah,” lanjutnya.
Ia juga menjelaskan, longsor di sekolah itu terjadi karena “mereka melakukan penggusuran lapangan” di depan gedung.
Yasukmatim, kata dia, sudah berkoordinasi dengan Dinas PPO untuk membicarakan penanganan dan perbaikan.

Dinas Usulkan Perbaikan Tahun 2026
Sementara itu, Kepala Dinas PPO Winsensius Tala berkata, usulan perbaikan sekolah sudah dilakukan, namun kemungkinan akan direalisasikan tahun 2026.
Karena kerusakan akibat bencana longsor, katanya, maka akan ditangani oleh BPBD.
“Kami nanti fokus ke revitalisasi [gedung], tetapi usulannya melalui Dapodik [Data Pokok Pendidikan],” katanya kepada Floresa pada 20 Maret.
Usulan via Dapodik, katanya, “untuk memastikan jumlah rombongan belajar dan jumlah ruang itu sama.”
“Kalau nanti ada selisih, tidak akan dapat,” lanjutnya.
Winsensius menyatakan, ada masalah terkait rombongan belajar di SDK Pesi yang memiliki 71 siswa.
Sesuai aturan, katanya, rombongan belajar dan ruang kelas yang sesuai seharusnya hanya tiga.
Ia juga berkata, usulan bantuan dari Dana Alokasi Khusus [DAK; hanya memungkinkan untuk revitalisasi gedung, tidak bisa untuk membangun baru.
“Kalau anggarannya memungkinkan, pasti dapat tahun depan. Kalau tidak kami akan coba lakukan pergeseran, atau menjadi prioritas kami tahun depan dari DAU [Dana Alokasi Umum],” katanya.
Jika memakai DAU, jelas Winsensius, “tidak bisa sekali bangun tiga ruangan karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan.”
Ditanya terkait kondisi terkini sekolah itu yang hanya menggunakan tiga ruangan yang disekat, Winsensius berkata “tahun ini sudah tidak bisa lagi [perbaikan], karena pembahasan anggaran sudah dilakukan.”
“Kalaupun nanti ada di [APBD] perubahan pada Oktober, riskan sekali untuk membangun karena waktu itu pasti kondisinya hujan, apalagi dengan medan seperti itu,” katanya.
Ia juga berkata, revitalisasi gedung bisa saja dilakukan segera “manakala kita punya mitra atau pendonasi” yang mau membantu.
Puluhan Sekolah Butuh Perbaikan
Winsensius berkata, di Manggarai Timur, “hampir tujuh puluhan SD yang menjadi prioritas” untuk perbaikan dan telah diusulkan tahun ini.
“Bukan di situ [SDK Pesi] saja. Masih banyak tempat yang terdampak yang butuh perhatian serius dari kami,” katanya.
Salah satu contoh di SDN Watu Deru, Kecamatan Kota Komba yang “kondisinya sangat memprihatinkan.”
“Saya sudah berkomitmen tiga tahun ke depan pasti tidak akan ada lagi yang teriak-teriak terkait itu. Minimal layak untuk dijadikan tempat proses belajar mengajar,” katanya.
Floresa juga menghubungi Sekretaris BPBD Manggarai Timur pada 20 Maret, namun dia tak merespons pesan WhatsApp hingga berita ini diterbitkan.
SDK Pesi berdiri pada 15 Februari 1968 dengan SK Pendirian Nomor 4/Bupa.Kdh/1968.
Terdapat tujuh tenaga guru dan satu tenaga kependidikan di sekolah itu, yang mendampingi 39 siswa laki-laki dan 32 perempuan.
Editor: Ryan Dagur