“Ya, aku gila karenamu,” sambungku dengan cepat. “Otakku nyaris pecah karena terus memikirkan dirimu..”
“Tapi..”
“Tidak, Azelia. Aku menerima dirimu apa adanya dan semoga engkau menerima diriku apa adanya pula. Sungguh, berada di dekatmu, aku merasa berarti, merasa menjadi seorang pria yang lebih baik..”
Kejadian ini membuat pipinya yang putih bersih tiba-tiba memerah dan matanya yang indah itu seperti ingin menghamburkan air mata.
Aku tahu bahwa ia juga mencintaiku. Aku mencoba mengatur napas dan darahku berdesir menyelusuri seluruh tubuhku yang berkeringat dingin. Aku baru saja dihantam secara dahsyat oleh cinta. Sebuah perasaan hebat yang mungkin dirasakan manusia.
Kemudian ia melangkah, semakin dekat dengan diriku, dekat sekali. Kami beradu pandang dekat sekali..dan suasana seketika menjadi hening..mata kami bertatapan dengan perasaan yang tak dapat kulukiskan dengan kata-kata.
“Alvin..”
Ah Tuhan..sekali lagi ia menyebut namaku. Namun aku kaget, ketika tiba-tiba ia memelukku dengan eratnya.