Karya: ARCHIE GILLMORE SAHADOEN
Banyak orang yang panjang pengalamannya tapi tak kunjung belajar, namun tak jarang pengalaman yang pendek mencerahkan sepanjang hidup. Pengalaman semacam itu bak mutiara dan mutiara dalam hidupku adalah perempuan yang mengutuki hidupnya sendiri, namanya Azelia.
Aku masih tak tahu mengapa setiap hari aku mengunjungi Azelia. Namun, kutahu, ketika melihat matanya yang bening dan sayup, hatiku ngilu, ketika ia memasang muka bodoh di depanku seakan diriku tak ada.
Aku bingung, aku sungguh mencintai perempuan itu. Sungguh, Azelia adalah resolusi dan seluruh defenisiku tentang cinta. Aku telah menulis puluhan puisi untuk belahan hatiku itu, telah kunyanyikan lagu di bawah jendela kamarnya, berhujan-hujan mengejarnya, dan nekat berlari tengah malam hanya untuk menemuinya lima menit.
Azelia tetap tak acuh, hingga akhirnya terkuak sebuah kebenaran yang pada akhirnya membuat hatiku ambruk berantakan.
***
Malam itu aku tak bisa tidur. Selesai belajar perumusan fungi invers, tubuhku lemas dan segera saja kubaringkan tubuhku di atas spring bed. Sekarang, gumpalan besar benang kusut yang ada di otakku paling tidak mulai nampak ujungnya. Ujung-ujungnya adalah Azelia, hanya dia.