BEM Unika St Paulus Ruteng Minta Pemerintah Perhatikan Anok, Bocah Lumpuh di Manggarai Timur

Pengurus BEM juga menyerahkan bantuan yang mereka kumpulkan dari hasil penggalangan dana.

Floresa.co – Sejumlah pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa [BEM] Universitas Katolik Indonesia St. Paulus Ruteng mengunjungi Agleriano Gelfirman yang menderita lumpuh di Desa Bangka Arus, Kecamatan Lamba Leda Timur, Manggarai Timur pada Minggu, 18 Desember.

Selain untuk mengetahui kondisi bocah yang disapa Anok itu, mereka juga menyerahkan bantuan untuk pengobatannya.

Bantuan tersebut hasil dari penggalangan dana di beberapa titik jalan di kota Ruteng dan sumbangan mahasiswa.

“Semoga bantuan yang kami serahkan bisa berdampak baik untuk kesembuhan Anok,” ujar Clara Astuti, Ketua BEM Unika Ruteng saat dihubungi Floresa.co, Selasa, 20 Desember.

Astuti menuturkan, kondisi Anok memprihatinkan.  Selama 10 tahun lumpuh, tidak ada yang membantunya.

“[Semoga] Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur tidak menutup mata dengan kondisi adik Anok. Apalagi dari keluarga Anok sendiri mengaku bahwa mereka punya keterbatasan biaya untuk pengobatannya,” ujar Astuti.

Menurut Theresia Nelsi, ibunya, Anok terlahir sebagai bayi normal dan sehat pada 12 tahun lalu.

Ia bertumbuh perlahan, bisa duduk, merangkak, berdiri, hingga latih berjalan satu dua langkah. Nahas, ketika latihan berjalan itulah, ia jatuh ke lantai. Anok yang kala itu masih berusia dua tahun jatuh sakit.

“Sejak jatuh itu, dia sakit dan tidak bisa berdiri lagi. Sampai sekrang, Anok hanya bisa baring di tempat tidur,” tutur Theresia.

Yohanes Anom, ayahnya, berjuang untuk memulihkan kondisi sang anak. Tiga kali Anok dibawa ke rumah sakit yang letaknya jauh di ibukota kabupaten, namun sumber daya di rumah sakit tersebut tidak mampu memulihkannya.

Dokter menyebut kondisi Anok bisa pulih asalkan dirujuk ke rumah sakit di Surabaya. Setelah gagal mencari biaya, keluarga petani ini terpaksa mencoba pengobatan tradisional di rumah.

“Jangankan untuk biaya pengobatan, untuk makan saja kami susah. Makanya kami putuskan supaya Anok dirawat di rumah saja,” tuturnya.

10 tahun sudah berlalu. Anok bertumbuh dalam kondisi berbeda dari anak-anak lain seusianya. Ia hanya bisa berbaring karena tak bisa menggerakkan tubuhnya.

Meski demikian, keluarga sabar melayani Anok. Saat ayah ibunya bekerja di kebun, Anok didampingi nenek yang melayaninya ketika lapar dan haus atau hendak buang air. Untuk makan dan minum saja, Anok tak bisa lakukan secara mandiri.

Agleriano Gefrilman, bocah 12 tahun di Kabupaten Manggarai Timur yang menderita lumpuh, bersama orangtuanya. (Foto: Yohanes C Yarkevbi)

Sepulang kerja dari kebun, ibunya memandikan Anok. Ia melayani anaknya dengan sabar dan lembut sebab Anok akan meringis kesakitan ketika bagian-bagian tertentu pada tubuhnya tersentuh saat dibersihkan hingga ganti pakaian.

Mereka masih berharap agar kondisi Anok bisa bisa lebih baik sebab ia terlahir sebagai bayi normal.

“Semoga ada pihak yang bisa membantu agar anak kami bisa pulih,” ujar Yohanes.

spot_img

Artikel Terkini