ReportaseMendalamMisteri Kematian Ibu Satu Anak di Manggarai Barat: Suami Klaim karena Bunuh Diri, Keluarganya Lapor ke Polisi Usai Temukan Sejumlah Tanda Kekerasan

Misteri Kematian Ibu Satu Anak di Manggarai Barat: Suami Klaim karena Bunuh Diri, Keluarganya Lapor ke Polisi Usai Temukan Sejumlah Tanda Kekerasan

Keluarga menemukan luka dan lebam pada sejumlah bagian tubuh korban, memicu munculnya dugaan terjadi penganiayaan

Floresa.co –  Hari masih pagi pada Kamis, 3 Oktober. Sekitar pukul 07.00 Wita, Ardianus Jehadun, warga Nggorang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, menerima telepon dari putrinya, Sustiana Melci Elda.

Elda, 23 tahun, putri semata wayangnya itu menetap di Kampung Nggilat, Kecamatan Macang Pacar, kampung suaminya yang terletak di pesisir utara Manggarai Barat, sekitar 45 kilometer arah utara dari Labuan Bajo.

Elda menetap di sana setelah empat tahun lalu dipersunting Eduardus Ungkang. 

Keduanya belum menikah baik secara agama maupun sipil. Namun, hubungan keduanya sudah direstui oleh keluarga besar masing-masing secara adat istiadat Manggarai. 

Keduanya pun sudah dianugerahi seorang anak berusia dua tahun.

Sumber Floresa yang merupakan kerabat Ardianus, menceritakan, Kamis pagi itu, Elda dan suaminya meminta bantuan kepada sang ayah agar memberikan pinjaman kepada mereka karena sedang kesulitan keuangan.

Merespons permintaan itu, Ardianus memberitahu bahwa ia belum bisa membantu karena sedang tidak memiliki uang. 

Namun, ia berjanji mencarikan pinjaman pada kenalan jika keduanya bersedia. 

Pasangan itu menerima tawaran tersebut.

Sekitar sejam kemudian, Ardianus memberi kabar bahwa ada kenalannya yang bersedia meminjamkan uang. Tetapi dengan bunga 10% per bulan.

Elda dan suami sepakat. 

Ardianus pun meminta mereka untuk berkomunikasi langsung dengan pemberi pinjaman. Mereka menurutinya.

Namun, sekitar 15 menit kemudian, Elda dan suami kembali menghubungi sang ayah, menyatakan keberatan dengan bunga 10% itu.

Adrianus pun menyampaikan ia yang akan menanggung bunga itu. Mereka cukup bayar pokok pinjamannya.

Dengan tawaran itu, Elda dan suami pun sepakat.

Namun, sang ayah berkata, ia belum bisa mengantarkan uang itu pada hari itu juga, karena sudah ada agenda ke Labuan Bajo, 15 kilometer dari rumahnya di Nggorang.

Sang ayah menjanjikan untuk mengantar uang itu keesokan harinya pada 4 Oktober.

Ardianus mengira masalah sudah selesai.

Namun, sekitar pukul 10.00 Wita, saat ia berada di Labuan Bajo, kabar duka datang: putrinya meninggal.

Ia pun bergegas kembali ke rumahnya di Nggorang, menyampaikan kabar itu ke keluarga lainnya.

Sekitar pukul 15.00 Wita, Ardianus dan keluarga berangkat menuju Desa Nggilat. 

Tiba sekitar pukul 19.00, mereka mendapati jenazah Elda terbaring di ruang tengah rumah suaminya. 

Namun, ada pemandangan tak biasa. Ardianus dan keluarga tak melihat suami Elda dan keluarganya di rumah duka. 

Di rumah duka itu juga sudah ada beberapa anggota Polsek Macang Pacar dan Kepala Desa Nggilat.

Saat mengecek jenazah Elda, mereka menemukan sejumlah kejanggalan.

“Terdapat luka di beberapa bagian tubuh korban,” kata sumber itu kepada Floresa pada 6 Oktober.

Ia merinci ada luka lebam pada leher bagian kiri dan dada; luka yang  diduga sayatan benda tajam pada kaki, paha kanan dan perut bagian bawah dan bengkak pada bagian rahang kiri.

Luka sayatan pada perut itu, katanya, kira-kita sedalam satu sentimeter.

Keluarga Elda lantas menemui salah satu anggota polisi dan Kepala Desa Nggilat yang ada di rumah duka.

Anggota polisi itu menyampaikan, berdasarkan informasi dari beberapa keluarga dan tetangga korban yang ada di sekitar tempat kejadian, korban meninggal karena bunuh diri. 

Jawaban yang sama juga disampaikan kepala Desa Nggilat.

Mendengar itu, keluarga korban mencari mertua Elda untuk mengkonfirmasi lebih jauh informasi bunuh diri itu.

Namun, di hadapan keluarga Elda, mertuanya itu mengaku tidak mengetahui kejadian tersebut, lantaran bersama istrinya sedang berada di kebun. 

“Kuat dugaan kami korban meninggal bukan karena bunuh diri,“ ujar sumber tersebut.

Karena kejanggalan itu, Ardianus dan keluarga memutuskan untuk meminta kepada keluarga suaminya agar jenazah Elda dibawa ke Nggorang.

Permintaan itu disampaikan secara adat dan kemudian disetujui keluarga suaminya.

Kamis malam itu, sekitar pukul 22.00 Wita, jenazah diberangkatkan.

Setibanya di Labuan Bajo, mereka melaporkan dugaan penganiayaan ke Polres Manggarai Barat.

Jenazah Elda pun dibawa ke RSUD Komodo Komodo sekitar pukul 03.00 dini hari untuk visum.

Belum Ada Kejelasan Penyebab Kematian

Berbicara dengan Floresa pada, 6 Oktober Kapolsek Macang Pacar, Ipda Iwan Hendriawan, berkata, pihaknya mengetahui kasus kematian korban dari Kepala Desa Nggilat.

Pada 3 Oktober itu, kata dia, kepala desa memberitahu bahwa ada salah satu warganya yang ditemukan gantung diri. 

Mendapat informasi itu, Kepala Unit Reserse dan Kriminal Polsek Macan Pacar dan tim pun mengecek ke lokasi kejadian.

Iwan berkata, anggotanya berangkat bersama anggota Koramil yang bertugas di wilayah tersebut dan beberapa tenaga kesehatan dari Puskesmas Bari.

Tiba di lokasi, “kondisi di lokasi sudah tidak lagi sesuai dengan informasi awal bahwa korban sedang dalam kondisi gantung diri,” katanya. 

“Tim mendapati korban sudah tergeletak di lantai,” ujar Iwan.

Sepekan setelah peristiwa kematian Elda itu belum ada titik terang kematian Elda.

Kepala Seksi Humas Polres Manggarai Barat, Iptu Eka Darma Yuda, yang dihubungi Floresa pada 8 Oktober berkata, setelah melapor kasus ini pada 4 Oktober dini hari, keluarga korban kembali melaporkannya pada 7 Oktober.

Ia berkata, polisi masih mendalaminya.

Lambertus Sedus, kuasa hukum keluarga Elda berkata, berdasarkan informasi Kepala Unit Pidana Umum Polres Manggarai Barat, yang ditemuinya pada 8 Oktober, kepolisian “masih butuh petunjuk, karena belum ada yang mengaku melakukan penganiayaan dan belum ada saksi yang melihat langsung.”

Karena itu, tambah Lambertus, selain visum, autopsi juga diperlukan.

“Kita butuh waktu untuk mengungkap perkara ini agar tidak salah menetapkan tersangka. Minimal buktinya cukup kuat,” katanya.

Ia berkata, pemeriksaan suami Elda dan orang tuanya sudah dilakukan, “tetapi belum ada pengakuan dari suaminya [soal penganiayaan].”

Iptu Eka Darma Yuda memberitahu Floresa pada 9 Oktober malam bahwa “saat ini suami korban masih berada di Polres Manggarai Barat untuk melakukan klarifikasi kepada penyidik terkait kejadian yang dialami.”

Soal autopsi, seorang kerabat Elda berkata, keluarga sudah menandatangani surat kesepakatan persetujuan bila memang itu diperlukan untuk mengungkap kasus ini secara terang.

Ia berharap polisi mengusut tuntas kasus ini. 

“Apa sebenarnya yang terjadi, semuanya kami serahkan pada pihak kepolisian,” katanya.

Editor: Petrus Dabu

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA