ReportaseMendalamBertahan di Tengah Gempuran Abu Vulkanis, Warga di Lereng Ile Lewotolok Minta Pemerintah Daerah Sediakan Masker

Bertahan di Tengah Gempuran Abu Vulkanis, Warga di Lereng Ile Lewotolok Minta Pemerintah Daerah Sediakan Masker

Lantaran kekurangan anggaran, BPBD belum bisa mendistribusikan air

Floresa.co – Warga di lereng Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata memilih tetap bertahan di desa mereka, kendati status gunung itu naik ke level siaga.

Kepala Desa Jontona, Nikolaus Ake Watun berkata, “pilihan itu diambil setelah melihat perkembangan aktivitas gunung dan mendengar instruksi dari pemerintah daerah.”

“Memang ada warga yang takut, cemas, gelisah dengar suara gemuruh dan lihat erupsi, tapi kami rutin sampaikan informasi untuk tetap tenang,” katanya kepada Floresa pada 3 Juli.

Desa Jontona di Kecamatan Ile Ape Timur berjarak lima kilometer Ile Lewotolok. 

Peningkatan status Ile Lewotolok dari level waspada ke siaga ditetapkan oleh Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid pada 2 Juli pukul 20.00 Wita melalui laporan bernomor 031/GL.03/BGL/2025.

Dalam laporan itu, Wafid menyebut peningkatan aktivitas erupsi Ile Lewotolok dimulai sejak 27 Juni yang ditandai dengan semakin tingginya kolom erupsi mencapai 1200 meter dari puncak.

Penanda lainnya, kata dia, adalah lontaran material pijar yang ke segala arah dengan jarak lontaran terjauh mencapai sekitar 1500 meter ke arah utara dan ke arah timur laut.

“Lontaran material pijar ini mengakibatkan kebakaran vegetasi di sekitar lereng utara dan timur laut Ile Lewotolok. Erupsi juga disertai suara gemuruh dan dentuman lemah sampai kuat,” katanya.

Wafid mengimbau masyarakat di sekitar Ile Lewotolok maupun pengunjung/pendaki/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak beraktivitas di dalam wilayah radius tiga kilometer dari pusat aktivitas gunung itu.

Ia juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran/longsoran lava dan awan panas pada sektor selatan, tenggara, barat dan sektor timur laut gunung itu. 

Selain itu, masyarakat diimbau untuk tidak panik jika mendengar gemuruh atau dentuman dari kawah Ile Lewotolok karena suara tersebut merupakan ciri aktivitas gunung api yang sedang dalam fase erupsi. 

“Suara dentuman yang keras dapat mengakibatkan getaran yang kuat pada beberapa bagian bangunan terutama jendela kaca dan pintu,” katanya. 

Butuh Masker

Nikolaus berkata warga telah mendapat bantuan masker usai dikunjungi Bupati Lembata, Petrus Kansius Tuaq dan wakilnya, Muhamad Nasir pada 3 Juli pukul 17.00 Wita.

Selain itu, kata dia perangkat desa mendapat empat alat bantuan handy talky untuk memperlancar komunikasi saat erupsi dan evakuasi.

Kendati demikian, “bantuan masker yang berjumlah 200-an lebih lembar belum cukup memenuhi kebutuhan warga yang sering terdampak debu dan abu vulkanik.”

“Kebutuhan mendesak warga saat ini masker. Karena jumlah warga Desa Jontona 1.159, maka sekurang-kurangnya kami harus mendapat 2000 lembar masker,” katanya.

“Apalagi masker yang diberikan ini kan hanya bisa sekali pakai,” tambahnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Andris Koban mengaku bahwa penyediaan masker bagi warga di lereng Ile Lewotolok masih sangat terbatas.

Ia berkata, pihaknya hanya menyediakan 1.370 lembar masker untuk memenuhi kebutuhan warga di 26 desa yang berasal dari Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur.

Kepala Pelaksana BPBD Lembata, Andris Koban. (Dokumentasi rri.co.id)

Andris mengaku pihaknya juga kekurangan anggaran untuk mendistribusikan air bersih kepada warga yang terdampak erupsi.

Selain itu, kata dia, 16 unit mobil tangki milik BPBD rusak dan tidak bisa beroperasi lagi. 

Ia mengklaim telah melaporkan kondisi tersebut kepada Kwartir Daerah Gerakan Pramuka NTT.

Dalam laporan itu, ia menyebut BPBD Lembata membutuhkan dukungan 50 unit handy talky, rompi pengaman 50 lembar serta helm dan kacamata pengaman 50 buah.

Ia juga mengklaim telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk melakukan sosialisasi dan penanganan Infeksi Saluran Pernafasan Akut di wilayah terdampak erupsi.

“Kami bekerja sama agar Dinas Kesehatan untuk melibatkan Puskesmas Waipukang di Kecamatan Ile Ape dan Puskesmas Lamaau di Kecamatan Ile Ape Timur,” katanya.

Andris mengklaim pihaknya juga telah membentuk struktur Satuan Komando Penanganan Darurat Bencana Erupsi Gunung Api Ile Lewotolok.

Pembentukan satuan itu, kata dia, sesuai dengan Peraturan Bupati Lembata Nomor 62 Tahun 2022 tentang Rencana Kedaruratan Bencana Erupsi Gunung Api Ile Lewotolok.

Satuan itu bertugas melakukan sosialisasi di desa-desa yang berada di Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur tentang rantai komando siaga darurat Ile Lewotolok. 

Tugas lainnya adalah mengaktifkan posko siaga bencana di desa-desa tersebut.

Editor: Herry Kabut

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA