Media Sosial, Demokrasi dan Pilkada

Baca Juga

Selain itu juga, tim dan para pendukung calon pemimpin acapkali menggunakan media sosial sebagai sarana untuk “memobilisasi” publik agar menjatuhkan pilihan kepada calon pemimpin tertentu yang merupakan jagoan mereka.

Menurut saya, hal seperti ini setidaknya membenarkan keyakinan tentang peran media sosial sebagai pilar kelima demokrasi.

Namun demikian, harus diakui pula bahwa akhir-akhir ini media sosail seringkali digunakan secara salah. Tidak diingkari lagi bahwa sebagian orang tidak menjadikannya sebagai sarana demokratisasi dan humanisme ruang sosial, melainkan dipakai sebagai wadah mempublikasikan hal-hal destruktif.

Tidak jarang, media sosial dipergunakan sebagai forum melakukan “debat kusir” antara politikus ataupun antara para pendukung dari calon pemimpin tertentu.

Saya sendiri sering menyaksikan “perkelahian” massal di media sosial antara para pendukung calon pemimpin tertentu.

Memang benar, bahwa ini adalah ungkapan kebebasan mereka sebagai makhluk demokratis. Tetapi persoalannya adalah ekspresi kebebasan seperti itu seringkali mengabaikan “tata krama” sosial.

Demi memenangkan “jagoan” tertentu, media sosial pun dijadikan ruang untuk mencaci maki dan mencela lawan politik secara tak masuk akal. Tanpa tedeng aling-aling, media sosial menjadi sarana untuk membobardir lawan sambil mengabaikan kesopanan sosial.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini