Pertanyaannya, apakah peringatan Hari Ibu dilandasi oleh kesadaran meningkatkan kualitas perempuan agar tidak hanya mengenal dapur, kebun, mengurus anak dan suami? Ataukah lebih kepada sumbangsi perempuan terhadap pembangunan, politik, kesehatan dan sosial? Atau mungkin orang-orang memperingati Hari Ibu hanya sekedar mengikuti trend biar tidak ketinggal up date?
Tanpa memahami makna di balik Hari Ibu itu sendiri, hemat saya perayaan ini hanya akan menjadi formalitas dan simbolis semata.
Globalisasi
Jika tantangan permpuan zaman dahulu adalah berpusat pada perjuangan kemerdekaan di bawah Kolonialisme Belanda, maka tantangan perempuan masa kini, di era keterbukaan ini adalah menemukan kembali jati diri yang sudah lama tergerus oleh pengaruh globalisasi.
Hilangnya sekat ruang dan waktu memungkinkan perempuan untuk mengakses perkembangan terbaru dengan cepat. Jika perempuan zaman dulu begitu terutup bahkan diasingkan dari pergaulan masyarakat, maka perempuan masa kini berhadapan dengan realitas sebaliknya, yakni dilematika antara peluang dan tantangan globalisasi.
Kalau mau jujur, realitas perempuan kekinian sebenarnya lebih memprihatinkan.
Trend global yang terungkap dalam gaya hidup, kebiasaan, kosmetik, fashion/mode dan lain-lain mulai mengeruk esensi dasar keperempuanan kita.
Perempuan Indonesia yang terkenal dengan sopan-santun, jujur, bekerja keras, dan punya kepekaan sosial mulai tergerus oleh virus budaya global yang setiap hari disajikan oleh media maupun lingkungan yang sangat individual.