Menanti Kinerja Gusti-Maria

Baca Juga

Sebab, kita semua tahu tidak ada “makan siang yang gratis”. Orang memberi dengan harapan kembalianya akan lebih besar.

Dalam politik, itu sah-sah saja, hanya kita minta porsinya, jangan sampai porsi mereka lebih besar ketimbang untuk rakyat.

Berangkat dari pemikiran Horkheimer bahwa manusia berakal budi adalah orang yang mampu mengeluarkan dirinya dari keterpurukan sebagai akibat dari pihak lain maka tentunya kita berharap Gusti sanggup melepaskan itu jika menghayati jabatannya pada periode terakhir ini sebagai momen pengabdian untuk rakyat.

Singkatnya, selama lima tahun ke depan, Gusti lebih banyak bertarung dengan tim suksesnya sendiri. Jika ia kuat maka pembangunan di Mabar akan lancar, tetapi jika tidak maka masyarakat kelas yang dikuatirkan Marx akan makin jelas karena tim sukses secara terang-terangan memiliki kelas tersendiri di kekuasaan Gusti.

Kita semua tahu bahwa gerak pembanguan di Mabar sangat lamban, mulai dari pembangunan rumah sakit yang berjalan mundur dan ketersediaan air di ibukota yang kurang, padahal ini sudah berlangsung puluhan tahun.

Demikianpun halnya dengan sektor lain, termasuk infrastruktur di pedesaan yang masih kurang sehingga akses ke kota masih sulit. Kemudian seperti apa sikap konkret pemerintah daerah terkait polemik Pantai Pede dan terhadap tanah-tanah yang sudah dibeli oleh investor tetapi didiamkan saja.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini